Ganjar: Mudah-mudahan pembuat Obor Rakyat bertaubat
"(Obor Rakyat) Ngeri dan bahasanya luar biasa! Mungkin orangnya ngga puasa itu," kata Ganjar.
Ketua Relawan Pemenangan Calon Presiden (Capres) Jokowi - JK di Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mendesak kepolisian segera menuntaskan kasus penyelidikan Tabloid Obor Rakyat. Sebab sekarang telah muncul kembali tabloid baru bernama Sapu Jagat.
"Black itu kampanye fitnah, bahasa Jawanya pitenah! Nah kalau sudah dengan fitnah gitu, itu konyol dan kemarin kekonyolan sudah banyak. Tapi setidaknya Obor Rakyat sudah diselidiki oleh polisi. Kita harapkan penyelidikannya tidak sampai di situ dan terus hingga tuntas. Serta saya sedih lagi itu sudah diurus, keluar lagi Sapu Jagat," kata Ganjar Pranowo usai melakukan pencoblosan di TPS 2 Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/7).
Ganjar juga menyatakan bahwa bahasa serta isi Tabloid Obor Rakyat maupun tabloid penggantinya Sapu Jagat bukanlah standarisasi berita. Beberapa artikel beserta foto-foto dan karikatur yang ada di dalam isi kedua tabloid itu fitnah dan kebohongan besar belaka.
"Wahhh...bahasanya ngeri! Fitnahnya luar biasa! Ngeri dan bahasanya luar biasa! Mungkin orangnya ngga puasa itu yang memfitnah. Mudah-mudahan yang membuat Obor Rakyat diberikan tobat begitu kemudian bisa memperbaiki diri. Untuk apa sebenarnya yang seperti itu-seperti itu. Itu konyol itu! Mudah-mudahan ini bisa kebuka siapa penghianat bangsa yang membodohi rakyatnya,"ujarnya.
Ganjar merasa sedih terkait kampanye hitam yang terjadi dan menimpa pada kedua capres dan cawapres. Menurut dia, ini menunjukkan bahwa kedua tim sukses tidak mempunyai kedewasaan politik.
"Soal black campaign, sebetulnya itulah bagian dari kesedihan-kesedihan yang juga saya alami. Kita mestinya kedewasaan politik makin naik kemarin itu agak menghujam. Nampaknya para tim yang mengeluarkan itu agak tidak siap," ungkapnya.
Ganjar menambahkan, selama satu bulan, KPU telah menyediakan kesempatan kedua capres dan cawapres untuk melakukan debat. Justru di situlah harus terjadi perdebatan kampanye sebagai ajang pendidikan politik rakyat Indonesia.
"Maka sebenarnya selama satu bulan debat kandidat itu disuguhkan untuk melakukan negasi dan positifisasi. Dari yang dinegatif kampanye khan, boleh, maka dipositifkan oleh calon lainya. Dari negatif dan positif itulah terjadi interseksi argumentasi perdebatan sehingga rakyat menentukan. Oh dia yang benar, dia yang salah tapi bukan dengan black campaign,"terangnya.