Ganjar Pranowo Cerita Ditelepon Pejabat Jakarta, Tawarkan Proyek Disinfektan
"Yang gede-gede ini karena uangnya besar semuanya sekarang melotot, bagaimana agar barang kita masuk, dipaksakan, di awal itu saya dapat proposal alat yang dipakai nyemprot orang," tutur Ganjar dalam diskusi online, Sabtu (9/5).
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkap upaya praktik korupsi di tengah situasi pandemi Covid-19. Dia bahkan cerita pernah ditelepon seorang pejabat di Jakarta menawarkan proyek disinfektan.
Ganjar mengatakan, ada sejumlah proposal yang masuk kepada dirinya. Hal ini wajar, karena anggaran penanganan Covid-19 cukup besar.
-
Apa alasan Ganjar Pranowo pamit kepada warga? “Bapak ibu nuwun sewu nggih, kulo niku ajeng pamitan, soal e tanggal 5 September kulo pensiun, (bapak ibu permisi ya, saya mau pamitan. Soalnya tanggal 5 September sudah pensiun,” ucap Ganjar, seperti dikutip dari kanal YouTube pribadinya pada Selasa (8/8).
-
Kapan pengumuman calon wakil presiden Ganjar Pranowo? PDI Perjuangan bersama partai koalisi secara resmi mengumumkan nama bakal calon wakil presiden Mahfud MD untuk mendampingi Capres Ganjar Pranowo, Rabu, 18 Oktober 2023.
-
Kenapa Ganjar Pranowo merasa rakyat sering sakit hati? Maka insyaallah Ganjar-Mahfud akan membawa amanah ini, agar kita lagi-lagi saya ceritakan sering kali rakyat sakit hati karena kepercayaan yang diberikan tidak amanah, ketika berbicara seringkali bohong, betul. Ketika dikasih kepercayaan sering kali berkhianat,
-
Kapan Ganjar Pranowo mulai beruban? Ganjar sendiri mengaku mulai tumbuh uban ketika masih duduk di bangku SMA, pada usia yang belum mencapai 20 tahun.
-
Bagaimana Alam Ganjar mendukung Ganjar Pranowo? Kini semakin dewasa, Alam memberikan dukungan penuh kepada sang ayah yang akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024. Ia bahkan hadir di berbagai momen penting mendukung Ganjar Pranowo.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
"Yang gede-gede ini karena uangnya besar semuanya sekarang melotot, bagaimana agar barang kita masuk, dipaksakan, di awal itu saya dapat proposal alat yang dipakai nyemprot orang," tutur Ganjar dalam diskusi online, Sabtu (9/5).
Ganjar bercerita, dia langsung berkonsultasi setelah ada proposal fasilitas penyemprotan disinfektan tersebut. Ternyata hal tersebut berbahaya dan cairan disinfektan yang masuk ke paru-paru manusia dapat memicu kanker dalam kurun waktu dua tahun.
"Maka saya bilang, enggak ada, maaf saya nggak pakai. Terus ada pejabat penting di Jakarta bilang sama saya 'Pak Ganjar Jateng lakukan penyemprotan gini'. Virusnya itu nggak hidup di jalan. Virusnya itu hanya hidup di inang yang hidup. Kalau ada yang nyemprot jalan itu konyol saya bilang, maaf ya, saya bilang gitu," jelas dia.
"Kecuali kalau situasinya udah mengerikan dan virusnya udah bisa terbang. Saya tanya, virusnya gambarnya kayak apa sih? Memang ada sayapnya ya? Nggak ada sayapnya dia. Dia itu diterbangin dengan tekanan-tekanan yang namanya droplet itu. Sampai sekarang saya belajar ilmu virologi itu," lanjutnya.
Menurut Ganjar, hal-hal semacam ini pada dasarnya bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab demi memerah realokasi dana bantuan sosial Covid-19 dengan dalih pemeliharaan kesehatan. Sebab itu, perlu kerjasama cermat di awal bersama inspektorat terkait.
"Jadi cerita besar ini kontrol-kontrol itu kita lakukan, kemudian ini saya buat catatan. Ada pendampingan dan asistensi inspektorat oleh semua Organisasi Perangkat Daerah, kemudian Forkopimda kita ajak, Kejaksaan kita ajak, untuk kita bisa mengkoreksi satu-satu," Ganjar menandaskan.
Dilaknan Dunia Akhirat
Ganjar menegaskan realokasi dana bantuan sosial pemerintah untuk percepatan penanganan penyebaran virus Corona atau Covid-19 perlu mendapatkan pengawalan ekstra, termasuk transparansi ke publik. Hal itu demi mencegah munculnya praktik korupsi.
"Kalau ada dari kalian yang berpikir untuk korupsi di saat seperti ini, saya yakinkan anda akan dilaknat dunia akhirat," tutur Ganjar.
Ganjar menyebut, tenggang rasa sangat dibutuhkan dalam situasi pandemi ini. Namun yang terjadi di lapangan banyak berbeda. Pasalnya, hari ini banyak sekali penumpang gelap mulai dari pebisnis kecil hingga besar, semua memainkan peran.
"Ada satu kabupaten di Jawa Tengah ingin membuat masker jumlahnya 1 juta. Begitu diproduksi, Dinsosnya mau beli, setelah dihitung kaget, lho kok ternyata duitnya banyak, lho kok ternyata datanya belum lengkap. Akhirnya dibatalkan. Diprotes lah sama suppliernya, marah-marah," jelas dia.
"Sekarang aparat penegak hukum langsung masuk, judulnya penggelembungan. Udah itu semua nangis di sana," sambung Ganjar.
Ganjar pun mengaku turun tangan menangani kasus tersebut. Dia meminta aparat penegak hukum dapat memperhatikan aspek penanganan secara menyeluruh hingga ke kemaslahatan masyarakat.
"Saya bilang jangan dulu pak. Kalau kemudian sudah terjadi penyelewengan ya silakan, tapi kalau bapak ambil ini orang semua, sistem pemerintahan kita rontok, tidak ada lagi kepercayaan. Bukan saya melindungi lho ya, tapi tolong terjunkan inspektorat dulu. Yuk kita duduk bersama. Jangan nanti dalam situasi seperti ini orang jadi tidak berani ambil keputusan," bebernya.
Ganjar pun memahami tekanan keras yang diberikan pandemi Covid-19, baik itu kepada pemerintah mau pun rakyat. Sebab itu, pejabat negara perlu mengawal realokasi dana bantuan sosial dengan maksimal dengan menggandeng inspektorat terkait dan memberikan transparansi ke masyarakat.
"Kalau saya bismilah saja lah, kalau niat kita baik, integritas kita jaga, kita jalan saja lah jangan takut. Tapi semua harus ada di atas meja, semua orang bisa lihat, dan betul publik harus dilibatkan untuk kontrol," Ganjar menandaskan.
Reporter: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rnd)