Gatolotjo & Darmogandoel, buku TKS yang sempat dilarang beredar
"Anjariosaken Bantahinipun Gatolotjo Tanding Kalijan Dewi Perdjiwati, Dados Lambang Pamoring Djalu Wanito."
Buku lain terbitan Tan Khoen Swie yang dilarang beredar pada zaman Michael Tanzil, putra bungsu TKS adalah Gatolotjo dan Darmogandoel. Michael lalu menerbitkan ulang Gatolotjo karangan RM Suwandi, Surakarta. Pada zaman bapaknya, kulit buku setebal 145 halaman itu bertuliskan Gatolotjo.
"Anjariosaken Bantahinipun Gatolotjo Tanding Kalijan Dewi Perdjiwati, Dados Lambang Pamoring Djalu Wanito, Tuwin Dumadosipun Widjining Menuso".
Buku itu seharga 1,75 gulden. Pada zaman Belanda, penjualannya aman-aman saja. Tapi di bawah pemerintah Orde Baru, Gatolotjo dianggap melecehkan agama. Buku-buku terbitan Tan Khoen Swie tidak hanya dikoleksi oleh perpustakaan Kraton Surakarta dan Yogyakarta dan juga orang-orang lama, namun juga dikoleksi oleh Universitas Groningen Belanda.
Sejarah perbukuan di Indonesia tampaknya tidak bisa dilepaskan dari peranan kaum minoritas. Ketika itu bangsa pribumi sedang terjajah hingga banyak di antara mereka tidak mampu baca tulis.
Bahkan begitu terkenalnya Boekhandel Tan Khoen Swie, dan untuk mengobati rasa kangen karya-karya penerbitan Tan Khoen Swie. Atas kerja sama dengan Pemerintah Kota Kediri dibawah wali kota HA Maschut, pada tahun 2006 dan 2008 dicetak ulang kembali "Serat Babad Khadiri" karya Mas Ngabehi Purbowidjaja dan Mas Ngabehi Mangoenwidjaja yang diterbitan oleh Boekhandel Tan Khoen Swie pada tahun 1932.
Cetak ulang dalam versi bahasa Indonesia yang diterjemahkan dari bahasa jawa "Hanacaraka" oleh (alm) Nyonya Siti Halimah Soeparno, mantan guru Bahasa Jawa di SMP Kediri pada 29 Desember 1981.
Meskipun namanya tidak setenar Balai Pustaka, tidak dipungkiri kalau kaum tua sekarang masih mengenal atau mengingat nama Tan Khoen Swie (TKS). Pada zamannya boekhandel TKS merupakan penerbit besar dan ternama, meskipun beroperasi dari kota kecil, Kota Kediri.
Baca juga:
Potret Tan Khoen Swie, tokoh penerbit Boekhandel yang melegenda
Ini buku best seller penerbitan Tan Khoen Swie yang melegenda
Berkat Tan Khoen Swie, rahasia kraton bisa dibaca rakyat umum
Boekhandel Tan Khoen Swie, jejak penerbitan lama yang melegenda
-
Kapan Toko Buku Bandung didirikan? Menurut dia, toko buku yang didirikan pada 2023 ini ingin melawan kegelisahannya akan minat baca yang masih belum tinggi.
-
Apa yang ditawarkan Toko Buku Bandung untuk menarik minat baca? Koleksi buku di Toko Buku Bandung juga sangat bervariasi, mulai dari buku-buku sejarah hingga komik, dari harga yang terjangkau mulai dari lima ribu rupiah sampai dua puluh lima juta, dari buku-buku lawas yang sudah berumur satu abad lebih hingga buku-buku yang baru diterbitkan juga ada,” katanya.
-
Apa yang dilakukan seniman AI itu pada tokoh-tokoh sejarah? Gambar-gambar tersebut menunjukkan Mahatma Gandhi dalam avatar berotot, Albert Einstein dengan tubuh kekar, dan Rabindranath Tagore memamerkan fisik berototnya.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Mengapa P.K. Ojong mendirikan toko buku? Selain itu ia juga membuka toko buku pada tahun 1970 dengan tujuan untuk memudahkan akses bacaan yang bermutu bagi para wartawan dan masyarakat.
-
Kenapa Deni Rachman mendirikan Toko Buku Bandung? Ia ingin berjuang menggiatkan kembali literasi melalui toko buku yang ia dirikan. Media sosial diklaim jadi salah satu penyebab utama menurunnya minat baca di Indonesia. Melihat kondisi ini, salah satu warga Kota Bandung bernama Deni Rachman, menaruh perhatian terhadap dunia literasi dengan mendirikan toko buku offline yang nyaman.