Gatot sebut Jokowi sudah lama persiapkan Marsekal Hadi jadi Panglima TNI
Gatot menambahkan, setelah DPR menyetujui bahwa Hadi menjadi Panglima TNI baru, dirinya segera berpamitan. Mantan Pangdam V/Brawijaya tidak ingin terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh TNI jika dirinya tetap bertahan menjadi Panglima.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi Panglima TNI baru menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan pensiun pada 1 April 2018. Gatot melihat, penunjukan itu tidak lepas dari pertimbangan tantangan tahun politik ke depan.
"Seperti disampaikan (Hadi Tjahjanto) dipersiapkan untuk menghadapi tantangan tugas ke depan. Tantangan tugas ke depan adalah tahun politik," ungkapnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12).
Gatot menyebut, dari tiga kepala staf angkatan di tubuh TNI, memang Hadi yang dianggap memenuhi syarat untuk menghadapi tahun politik. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi tidak memenuhi syarat karena bakal pensiun pada Mei mendatang, sementara Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono pensiun pada Januari 2019.
"KSAU ini sampe 2020 sehingga bisa memimpin TNI menghadapi tahun politik dengan lancar," ucapnya.
Gatot juga melihat, pengangkatan Hadi sebagai Panglima TNI baru sudah disiapkan sejak awal. Hal itu bisa dilihat dari karir Hadi yang meroket dari menjadi Sekretaris Militer Presiden, kemudian diangkat menjadi Irjen di Kemenhan.
"Ini yang sudah dipersiapkan secara regenerasi. Penyiapan kader-kader yang disiapkan sejak awal," ujarnya.
Mantan Pangkostrad ini mengatakan, sosok Hadi sangat layak menjadi pucuk pimpinan TNI. Apalagi penunjukan itu langsung dari Presiden Jokowi. Tentu Jokowi sudah melihat Hadi adalah sosok yang cakap dan mampu.
"Pak Hadi cocok untuk jadi Panglima TNI dalam tahun politik, itu harus sama-sama kita yakini. Presiden yang pakai kok," kata dia.
Gatot menambahkan, setelah DPR menyetujui bahwa Hadi menjadi Panglima TNI baru, dirinya segera berpamitan. Mantan Pangdam V/Brawijaya tidak ingin terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh TNI jika dirinya tetap bertahan menjadi Panglima.
"Sebaiknya, begitu sudah diputuskan oleh DPR bahwa disetujui, jangan lama. Karena ini terjadi dualisme, hanya tinggal satu langkah kepres aja. Saya kerja juga pakewuh, pak Hadi juga gimana, lebih baik efektif aja, begitu selesai, mungkin satu minggu lima hari, saya pamitan," pungkasnya.