Geger Skenario Ferdy Sambo Bikin Barisan Jenderal Turun Gunung
Turunnya kepercayaan publik terhadap Polri itu membuat mantan Kapolri turun tangan. Belasan mantan Kapolri pada eranya masing-masing yang kompak memberikan dukungan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Gonjang ganjing di tubuh Korps Bhayangkara terparah terjadi pada pertengahan Tahun 2022. Hampir satu kompi yakni seratus personel polisi terseret kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Mereka diganjar hukuman etik hukuman etik hingga merosotnya tingkat kepercayaan publik terhadap instansi Polri. Dampak kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
-
Apa sanksi yang diterima Ferdy Sambo? Ferdy Sambo diganjar sanksi Pemecetan Tidak Dengan Hormat IPTDH).
-
Siapa yang memimpin Sidang Kode Etik Polri untuk Ferdy Sambo? Demikian hasil Sidang Kode Etik Polri yang dipimpin jenderal di bawah ini: As SDM Polri Irjen Wahyu Widada.
-
Siapa Fredy Pratama? "Enggak (Tidak pindah-pindah) saya yakinkan dia masih Thailand. Tapi di dalam hutan," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa, Rabu (13/3).
-
Bagaimana proses Sidang Kode Etik Polri untuk Ferdy Sambo? Demikian hasil Sidang Kode Etik Polri yang dipimpin jenderal di bawah ini: As SDM Polri Irjen Wahyu Widada.
-
Apa yang dilakukan Fredy Pratama? Nur Utami berubah sejak menikah dengan pria berinisial S, yang dikenal sebagai kaki tangan gembong narkoba Fredy Pratama.
-
Dimana Fredy Pratama bersembunyi? Bareskrim Polri mengungkap lokasi dari gembong narkoba Fredy Pratama yang ternyata bersembunyi di pedalaman hutan kawasan negara Thailand.
Merosotnya kepercayaan publik terhadap Polri terekam dalam survei dilakukan Charta Politika Indonesia. Hasil survei tentang tingkat kepercayaan lembaga tinggi negara, kepercayaan masyarakat terhadap Polri mengalami penurunan tajam. Polri mendapatkan kepercayaan publik hanya 55 persen.
Tingkat Kepercayaan Terhadap Polri Merosot
Survei Charta Politika ini dilakukan pada periode 6 hingga 13 September 2022 dengan wilayah survei seluruh kelurahan atau desa. Survei ini dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dan metode sampling dengan jumlah sampel 1.229. Adapun margin of eror survei ini 2.82 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menganalisis, penurunan kepercayaan Polri terjadi akibat kasus pembunuhan Brigadir J yang menyeret Irjen Ferdy Sambo dan sejumlah anggota Polri.
"Saya menduga sebuah situasi ekstra ordinary yang terjadi di tubuh polri yang melibatkan eks kadiv propamnya dan menjadi tontonan publik, mendominasi pemberitaan meskipun sudah agak turun karena tertutup penaikan BBM," kata Yunarto dalam keterangannya, Kamis (22/9).
Turunnya kepercayaan publik terhadap Polri itu membuat mantan Kapolri turun tangan. Belasan mantan Kapolri pada eranya masing-masing yang kompak memberikan dukungan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Para Purnawirawan Jenderal tersebut mendatangi Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada Kamis Oktober 2022. Kedatangan mereka memberikan masukan, dukungan dan pokok-pokok pemikiran kepada Kapolri dan pejabat utama untuk institusi Polri ke depan.
Mantan kapolri yang datang memberikan dukungan kepada Jenderal Sigit adalah Jenderal Pol (P) Drs. H. Bambang Hendarso Danuri, Jenderal Pol (P) Drs. Roesmanhadi, Jenderal Pol (P) Drs. Chaerudin Ismail, dan Jenderal Pol (P) Prof. Dr. Tan Sri Dai Bachtiar, A.O, Jenderal Pol (P) Drs. Soetanto serta Jenderal Pol (P) Drs. Timur Pradopo.
Kemudian Jenderal Pol (P) Drs. Badrodin Haiti, Komjen Pol (P) Drs. R. Makbul Padmanagara, Komjen Pol (P) Drs. Togar M Sianipar, Irjen Pol (P) Drs. Soenarko Danu Ardanto, Irjen Pol (P) Drs. H. Suedi Husein, S.H dan Irjen Pol (P) Dr. E. Winarto Hadiwasito, S.H.
"Dari pandangan kami melihat, Insya Allah apa yang disampaikan oleh Bapak Kapolri bahwa pada akhir tahun ini, semua dapat diimplementasikan atas arahan Presiden," kata Da'i Bachtiar.
Skenario Sambo Habisi Brigadir J
Kasus pembunuhan Brigadir J menyita perhatian publik setelah skenario jahat mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo dalam menghabisi nyawa mantan ajudannya tersebut terbongkar. Ada satu orang paling berpengaruh membongkar skandal pembunuhan tersebut. Yakni Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu.
Dalam skenario Sambo terbongkar, dia meyakini memerintahkan Richard untuk 'Hajar' rekannya sendiri Brigadir J.
Dor. Sebanyak 3 sampai 4 kali suara letupan senjata api tipe Glock terdengar menyebabkan Yosua tertelungkup tak beryawa lagi.
Semua rentetan cerita pembunuhan itu bermula pada di Magelang, Jawa Tengah 6 Juli 2022 Ferdy Sambo bersama istrinya Putri Candrawathi sedang merayakan hari jadi ulang tahun mereka. Bersama para ajudannya Bharada Richard, Bripka Ricky Rizal, Brigadir Yosua serta dua Asisten rumah tangga (ART) Susi dan Kuat Ma'ruf.
Berselang sehari setelahnya, Yosua kedapatan keluar dari kamar Putri di lantai dua dengan mengendap-ngendap oleh Kuat. Sempat ditegur namun Yosua malah melarikan diri.
Suara isak tangis terdengar dari kamar yang dimasuki Brigadir J membuat perhatian Kuat terahlikan dan bergegas. Bersama dengan Susi, mereka melihat majikannya sudah menangis.
"Ibu harus lapor bapak, biar di rumah ini tidak ada duri dalam rumah tangga ibu," desak Kuat kepada Putri.
Namun awal mula kejadian itu belum diketahui oleh Sambo secara langsung yang sudah bertolak ke Jakarta. Hingga baru mendapatkan kabar melalui oleh sambungan telepon istrinya
Masih belum percaya dengan apa yang didengarnya, Sambo pun menunggu kepulangan sang istri bersama rombongan untuk mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi saat dirinya tidak ada disana.
Pagi hari 8 Juli 2022 rombongan Putri hendak pulang menuju Jakarta. Putri yang biasanya satu mobil dengan Yosua memilih untuk bersama Richard, Susi, dan disopiri oleh Kuat, sedangkan Ricky satu mobil dengan Brigadir J.
Perencanaan Skenario di Saguling
Setiba di rumah pribadi Putri jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan sore hari, langsung menceritakan bahwa telah terjadi pelcehan yang dilakukan oleh ajudannya sendiri yakni Yosua.
'Bak tersambar Petir' Sambo selaku suami lantas naik pitam. Insting dirinya yang sudah bertahun-tahun di kepolisian mulai merangakai skenario bagaimana cara menghabisi nyawa seseorang dengan bersih.
Kemudian satu per satu para ajudan diminta untuk menghadap bosnya kecuali Yosua. Ricky yang pertama kali menghadap sang atasan ditanya apakah tau apa yang terjadi di Magelang pun tidak tahu.
Lantas mantan jenderal bintang dua itu menawarkan ke Ricky untuk membunuh rekannya sendiri.
"Kamu berani nembak? Nembak Yosua?" tanya bos Sambo pada Ricky.
Dirinya yang mengaku tidak sanggup, diperintahkan untuk memanggil Bharada Richard.
Masih dengan pertanyaan yang sama seperti Ricky, Sambo menanyakan Richard apakah tau Putri dilecehkan hingga menawarkan untuk menembak Yosua.
"Kamu siap nembak Yosua," tanya sambo pada Richard.
"Saya siap nembak," jawab Richard.
Skenario pun dimulai, diperintahkannya Sambo kepada seluruh ajudan termasuk Yosua dan Putri untuk berkumpul di rumah dinas komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Sambo yang merupakan datang terkahir di Duren Tiga, langsung memerintahkan bawahannya untuk masuk ke dalam rumah. Seraya diintrogasi, Yosua diminta untuk berlutut menghadap pintu kamar mandi, sebelah tangga lantai dasar dengan tangan berada di atas kepala.
Yosua yang tidah tahu menahu apa yang sebetulnya bertanya-tanya apa yang sebetulnya terjadi hanya dapat menuruti perintah sang atasan.
Pun Sambo memerintahkan Richard "Hajar Chad, Hajar" teriaknya.
Perintah tersebut justru malah berakhir dengan tembakan senjata api yang telah disiapkan Richard hingga menewaskan Brigadir J.
Skenario Sambo Terbongkar
Sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium. Skenario yang sudah dibentuk sedemikian rupa pada akhrinya terbongkar juga oleh penyidik polisi.
Sambo pun mengakui bahwa dalam skenarionya menyebut bahwa telah terjadi tembak menembak antara Richard dengan Yosua yang dilatarbelakangi adanya tindak pelecehan.
Mantan Kadiv Prompam itu menceritakan pada 5 Agustus 2022 dirinya mendapat kabar bahwa Bharada E telah mengubah Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang menjadikan Sambo yang telah menembak Yosua sebanyak lima kali. Ia mengaku heran kenapa tiba-tiba semua kasus penembakan dilimpahkan terhadap dirinya. Kendati itu ia siap menghadapi semua urusannya.
Berselang satu setelahnya, Sambo dijemput oleh rekannya yang berpangkat bintang dua di Mabes Polri dan mengecek BAP yang telah diubah ajudannya. Namun dirinya bersikukuh kalau tidak ikut melakukan penembakan.
"Dalam proses itu saya pikir bukan saya yang tembak. Dia berbalik kemudian dia sampaikan senjatanya saya ambil dan kemudian saya tembak Yosua lima kali kemudian saya serahkan lagi saya disuruh ngaku," kata Sambo dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Meskipun dirinya telah membantah, timsus yang menangani kasus pembunuhan berencana tengah menjempu Sambo pada 8 Agustus 2022. Tidak hanya diperiksa, dirinya bahkan diancam bahwa semua orang yang ada dirumahnya akan dijadikan tersangka.
"Kemudian tanggal 8 (Agustus) saya dipanggil oleh timsus dan seluruh orang di situ akan dijadikan tersangka termasuk istri saya dan saya menyerah waktu itu. Yasudah saya akan sampaikan semuanya yang penting istri saya jangan jadi tersangka karena dia tidak tahu apa-apa," ujar dia.
Tidak Ada Hasil Visum Pelecehan Putri
Dalam skenario yang diotaki oleh Sambo disebutkan penyebab dari adanya tembak menembak antara Bharada E dengan Brigadir J yang berakhir dengan tidak bernyawa lagi adanya pelecehan seksual oleh Putri. Laporan tersebut pun bahkan dilayangkan ke Polres Metro Jakarta Selatan pada hari yang sama dengan kematian Yosua.
Pada akhirnya tidak ada pembuktian manapun baik berupa hasil visum maupun CCTV yang mengatakan Putri telah dilecehkan oleh Yosua. Laporan tersebut akhinya dihentikan oleh pihak kepolisian pada 12 Agustus 2022
"Tidak ada CCTV di rumah Magelang," kata Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi.
Kendati itu, kubu Sambo masih tetap bersikukuh hingga ke meja pengadilan kalau peristiwa pelecahan tersebut tetep ada, namun tak kunjung ada pembuktiannya.
Sambo Diserang Balik Oleh Ajudannya
Pembunuhan berencana yang diotaki oleh Sambo turut menyeret para bawahannya. Tidak hanya Richard dan Ricky, Hendra Kurniawan, Agus Nurpatria, Chuck Putranto, Arif Rahman, Baiquni Wibowo, Irfan juga terbawa arus hingga berujung pada penurunan pangkat.
Mereka yang mulanya hanya dapat manut atas perintah Sambo, dalam prosesi persidangan tengah berani menyerang atasannya salah satunya Hendra. ia mengaku telah mendapat perintah instruksi untuk menutupi kematian Brigadir J.
Dalam perintahnya tersebut Sambo menekankan bahwa kasus yang tengah bergulir adalah masalah harga diri. Selanjutnya meminta kepada jajarannya untuk menangani kasus ini apa adanya sesuai dengan kejadian di TKP.
Kemudian, Sambo meminta bawahannya untuk tidak mempertanyakan peristiwa yang terjadi di Magelang, sehingga hanya berangkat dari kejadian di Duren Tiga saja. Dan yang terakhir penanganan tindak lanjut di Pengamanan Internal Polri (Paminal) saja.
Sambo Bersikukuh Tidak Perintah Tembak Ke Bharada E
Berkali-kali mantan jenderal bintang dua itu bersikukuh bahwa tidak memberikan perintah tembak kepada ajudannya, Richard. Meskipun hal tersebut juga berbanding terbalik pada keterangan Richard yang diperintahkan untuk menembak.
Sambo mengaku hanya memberikan perintah Richard untuk menghajar Yosua saja. Namun perintah tersebut justru menjadi penembakan hingga merenggang nyawa.
"Saya perintahkan Richard untuk 'hajar Chard!'," kata Sambo.
Kendati itu, Sambo dinilai berbohong saat dilakukan tes kebohongan dengan menggunakan 'lie detector' dengan skor minus 8. Nilai minus tersebut didapatakn usai Sambo ditanyai mengenai apakah sambo melakukan penembakan terhadap Yosua.
Dirinya pun mengamini telah hasil tes itu bahwa tidak berkata jujur.
(mdk/gil)