Gelar Coffee Processing Festival, Banyuwangi Tingatkan Daya Saing Pelaku Usaha Kopi
"Alhamdulillah, dengan kemasan yang menarik, dan tentunya cara mengolah yang lebih baik, kini hasilnya jauh meningkat untuk dijual per kilogramnya," aku Suhatin.
Pemkab Banyuwangi ajeg menggelar pelatihan pengolahan kopi. Seperti tahun ini, di mana puluhan pelaku usaha kopi dilatih untuk ditingkatkan kualitasnya, mulai dari pengolahan hingga pengemasan produk agar siap memasuki industri kopi.
Pelatihan yang dikemas dalam Coffee Processing Festival ini digelar di Rumah Kreatif Banyuwangi, Kamis (25/7/2019). Para peserta mengaku memanfaatkan pelatihan ini untuk menambah wawasan mereka.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Dimana insentif diserahkan kepada Banyuwangi? Insentif tersebut diserahkan langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani, kepada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di Jakarta, Senin (6/11).
Salah satunya adalah Ibu Suhatin, pengusaha kopi asal Kalibaru, Banyuwangi. Dia mengaku telah mendapatkan manfaat dari pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Dinas Peridustrian dan Perdagangan (Disperindag).
©2019 Merdeka.com
Suhatin menuturkan berawal dari keprihatinan yang menjual biji kopi, kini dirinya memulai usaha kopi kemasan dan cafe. Saat itu, bijih kopi hasil kebunnya hanya dibeli seharga Rp 25 ribu per kilogram (kg).
"Saya sedih, biji kopi saya hanya laku Rp 25 ribu per kg. Setelah ikut pelatihan, saya mulai belajar mengolah dan menjemur sendiri. Saya dibimbing orang Disperindag, hingga cara pengemasannya. Misalnya kalau dijual ke café harus ukuran berapa, kalau untuk oleh-oleh ukuran berapa, semua diajarkan," kata Suhatin yang memiliki brand Kopi RDK (Rumah Durian Kalibaru).
Hasilnya, kini rata-rata per bulan Suhatin mampu menjual 100 Kg lebih kopi. Satu kemasan bubuk kopi seberat 2 ons dijual seharga Rp 22 ribu. Artinya, harga bubuk kopi per Kg mencapai Rp 110 ribu per kg.
©2019 Merdeka.com
"Alhamdulillah, dengan kemasan yang menarik, dan tentunya cara mengolah yang lebih baik, kini hasilnya jauh meningkat untuk dijual per kilogramnya," aku Suhatin.
Namun Suhatin belum puas. Tahun ini dia kembali mengikuti Coffee Processing Festival untuk belajar hallain yang belum dia kuasai.
"Saya mengikuti festival ini untuk belajar membuat cappuchino. Sebab, beberapa hari lalu ada rombongan turis ke café saya. Mereka ingin minum cappuchino tetapi saya tidak tahu caranya. Makanya saya belajar agar ke depan bisa membuat cappuchino sehingga tidak ada lagi pengunjung yang balik," akunya.
©2019 Merdeka.com
Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, usaha dan industri berbasis kopi tumbuh pesat di Banyuwangi sejak beberapa tahun terakhir. Pemkab pun berupaya hadir untuk mendorong para pelaku usaha berbasis kopi naik kelas agar daya saingnya meningkat.
"Kenapa kopi? Karena kopi ada di sekitar kita. Itu keuntungan kita, kita bisa bebas memilih mengolah jenis apapun. Selain itu, dari hulu sampai hilir, value kopi sangat tinggi," ujarnya saat membuka Coffee Processing Festival.
Anas menjelaskan bahwa pemkab setiap tahun menggelar festival yang berkaitan dengan kopi untuk mengungkit sektor kreatif di Banyuwangi. Hasilnya, pelaku usaha kopi di banyuwangi tumbuh pesat.
"Jumlah UMKM kopi di Banyuwangi sendiri terus tumbuh pada 2013 jumlahnya tidak sampai 10, namun sekarang sudah mencapai lebih dari 40 UMKM. Kafe yang menyajikan kopi juga mulai menjamur di penjuru kabupaten. Untuk itu kami juga mengajak puluhan pelajar di pelatihan ini, upaya untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur di kalangan mereka mengingat potensi bisnis kopi yang trennya positif," kata Anas.
Anas menambahkan, pemkab telah memiliki klinik kopi. Klinik tersebut dilengkapi sejumlah peralatan pemrosesan kopi. Ke depan, kata dia, pemkab akan membantu menyediakan alat-alat kopi berdasar cluster.
"Sehingga pelaku usaha yang tidak punya dana untuk investasi peralatan, bisa dibawa ke klinik kopi. Selain itu, anak-anak dengan mudah dan cepat bisa menjadi wirausahawan kopi," ujarnya.
Selama mengikuti pelatihan selama tiga hari ini, para peserta akan mendapatkan sejumlah materi tentang memproses hingga pengemasan kopi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, dan Setiawan Subekti, pelaku usaha kopi asal Banyuwangi.
Bahkan juga ada kelas barista yang mendatangkan barista nasional Muhammad Agha. "Saya akan mengajari barista untuk meningkatkan kualitasnya. Karena menurut saya seiring dengan perkembangan Banyuwangi, baristanya pun harus punya kapasitas yang berskala nasional. Jadi nanti saya akan sharing materi soal kompetisinya, mungkin ini bisa menjadi inspirasi bagi barista disini," kata Agha.
(mdk/paw)