Gelar Seminar Internasional, Universitas Terbuka Dorong Pengalaman dan Pengetahuan Pengajar
Universitas Terbuka menggelar Seminar Internasional International Conference of Multidisciplinary Academic Studies (ICoMUS).
Gelar Seminar Internasional, Universitas Terbuka Dorong Pengalaman dan Pengetahuan Pengajar
Seminar Internasional
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ke-45 atau Universitas Terbuka menggelar Seminar Internasional International Conference of Multidisciplinary Academic Studies (ICoMUS) pada Kamis (3/8). Seminar tersebut membahas mengenai riset atau penelitian multidisiplin yang nantinya dapat diikuti atau diterapkan di Universitas Terbuka.
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ke-45 atau Universitas Terbuka menggelar Seminar Internasional International Conference of Multidisciplinary Academic Studies (ICoMUS) pada Kamis (3/8). Seminar tersebut membahas mengenai riset atau penelitian multidisiplin yang nantinya dapat diikuti atau diterapkan di Universitas Terbuka. "Kami ingin berbagi pengalaman, pengetahuan, dan hasil riset yang mungkin dijadikan publikasi ilmiah. Mudah-mudahan, seminar internasional ini dapat memfasilitasi para dosen , komunitas akademik lain, agar mereka bisa sharing knowledge dan experience," kata Ojat dalam konferensi persnya di UTCC, Universitas Terbuka, Kamis (3/8).
- Serius Cegah Stunting, PKK Gandeng Dinkes Gelar Seminar dan Kampanye Gizi
- Sustainable Living Jadi Benang Merah Seminar Internasional yang Digelar Universitas Terbuka
- Gelar OSC 2023, Langkah UT Terus Jalankan Perkembangan Teknologi
- KY: Pengamanan Hakim dan Pengadilan di Indonesia Termasuk Sangat Longgar
Diperlukan Riset Disiplin Ilmu
Dalam kesempatan itu, Ojat mengatakan bahwa masih banyak permasalahan yang saling berkaitan satu sama lain atau multisektor. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas, diperlukan riset atau pendekatan dari berbagai disiplin ilmu.
Pentingnya Penelitian Multidisiplin Ilmu
Dalam seminar internasional bertajuk Innovation Challenges in Multidisciplinary Research and Practice, juga menghadirkan keynote speaker, yaitu Thomas F. Luschei dari Claremont Graduate University, USA. Dia membahas mengenai pentingnya penelitian ilmu multidisiplin, untuk menjawab tantangan dalam berinovasi. Senada dengan Ojat, menurut Thomas, dalam multidisiplin harus dilakukan cukup banyak kolaborasi dari berbagai bidang, dengan tujuan yang sama.
"Menurut saya, penelitian multidisiplin dapat menghadirkan solusi bagi banyak masalah yang komplek dan dihadapi masyarakat. Saya yakin, hal tersebut juga berlaku untuk bidang pendidikan,"
Ujar Thomas.
Thomas mencontohkan, dalam penelitiannya dia bekerja sama dengan peneliti lain yang berasal dari Kolombia dan India. Dalam kolaborasi penelitiannya, diakuinya harus ada penyesuaian karena berbeda lokasi dan zona waktu.
"Namun adanya teknologi membuat kolaborasi ini lebih mungkin untuk dilakukan. Sekarang saya bisa berkolaborasi dengan peneliti dari India, Malawi, dan Kolombia dan tidak menutup kemungkinan juga dengan Indonesia,"
Ungkap Thomas.
Tantangan
Dia juga menjelaskan mengenai tantangan yang didapatkan selama berkolaborasi menjalani riset multidisiplin. Gagasan tentang batasan yang berbeda antara satu disiplin ilmu, kata Thomas tentunya berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. "Namun dalam riset, kami sepakat untuk saling berkolaborasi, meski membutuhkan lebih banyak usaha," kata Thomas.
Penerapan Multidisiplin di Universitas Terbuka
Lintas Keilmuan
Untuk diketahui, ruang lingkup ICoMUS menitikberatkan fokus pada lintas keilmuan, seperti bisnis, manajemen, ilmu sosial, pendidikan, serta sains dan teknologi. Selama 13 tahun bekerja sama dengan Thomas dan para peneliti lain, dengan melakukan metode multidisipliner, sudah ada yang diterapkan di Universitas Terbuka.
Ojat menjelaskan, mengenai inovasi dan riset yang diterapkan, sebenarnya Universitas Terbuka menitikberatkan pada proses hilirisasi. Artinya, ketika melakukan kegiatan penelitian, hasilnya bukan sebatas jurnal ilmiah yang dipublikasikan.
"Ada juga riset yang dapat digunakan untuk meningkatkan kurikulum kami, misalnya pengembangan metaverse. Augmented Reality (AR) yang dikembangkan di pusat kami, kemudian dihilirisasi,"
ujar Ojat.
Di sisi lain, Universitas Terbuka juga memiliki Desa Binaan yang memanfaatkan hasil penelitian multidisiplin.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Dewi Artati Putri Padmo mengatakan bahwa penelitian multidisiplin bukan sebatas jurnal ilmiah.
"Kami juga mengimplementasikan hasil riset di masyarakat yang kami sebut Pengabdian kepada Masyarakat (PKM). Kami punya beberapa desa binaan, ada di Kahuripan, dekat PIK, di Teluk Naga, Purwokerto, dan lainnya,"
ujar Dewi.
Lebih lanjut, kata Dewi, Universitas Terbuka kemudian memanfaatkan hasil riset yang terbaik untuk diaplikasikan atau diterapkan di berbagai desa binaan yang potensial di banyak bidang, seperti pariwisata, ilmu pangan, infrastruktur.