GP Ansor tak mau bangsa Indonesia terpecah belah
Harlah kali ini dihadiri 25 ribu anggota Ansor di seluruh Tanah Air, 20 ribu personel Banser dari berbagai daerah.
Gerakan Pemuda (GP) Ansor lahir berkhidmat membangun negeri. Untuk itu, organisasi di bawah bendera Nahdlatul Ulama (NU) tersebut, harus menjadi pejuang, penolong dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam.
Hal inilah yang ditegaskan Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid di Harlah ke 80 GP Ansor yang digelar di JX Internasional Jalan A Yani, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu malam (4/1).
"Semangat untuk turut membangun bangsa dan negara juga menjadi bagian tak terpisahkan dari seluruh gerakan dan langkah GP Ansor yang kini sudah memasuki usia ke 80," kata Nusron di sela acara.
Dipaparkan Nusron, berbagai program dan kegiatan GP Ansor di seluruh Indonesia dikhidmadkan untuk perbaikan bangsa agar terwujud negeri yang adil, makmur, damai dan sentosa. "Harlah ke 80 tahun ini, merupakan peneguhan semangat GP Ansor untuk tidak mengenal lelah berkhidmat membangun negeri."
Menurutnya, tantangan bangsa ke depan akan sangat sulit. Seiring dengan globalisasi, katanya, situasi dunia mengalami perubahan semakin cepat.
"Dengan kondisi ini, dibutuhkan konsolidasi seluruh instrumen, khususnya bagi organisasi kepemudaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan dan organisasi keagamaan. Kita jangan lagi terpecah belah dengan konflik horizontal," tegas dia.
Sekadar tahu, pada Harlah ke-80 GP Ansor ini, selain dihadiri sekitar 25 ribu anggota Ansor di seluruh Tanah Air, 20 ribu personel Banser dari berbagai daerah.
Selain itu, juga dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta rombongan, gubernur Jawa Timur dan wakilnya, para sesepuh NU, serta Kapolri Jendral Sutarman dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko.