Guru khawatir murid protes bila sekolah seharian diterapkan
Jumlah guru tidak sebanding dengan murid juga dianggap makin membebankan.
Para guru di sekolah reguler mengaku keberatan jika wacana sekolah seharian jadi diterapkan. Alasannya, kebanyakan sekolah reguler masih kekurangan guru karena jumlah siswa dan guru tidak seimbang. Dikhawatirkan juga para murid bakal protes.
Seperti dikeluhkan Vita, seorang guru sekolah dasar di bilangan Jagakarsa, Rabu (10/8). Menurut dia, untuk jam belajar normal saja yang hanya sampai 11.30 WIB kerap kali murid mengeluh jika bel pulang telat walaupun hanya lima menit. "Apalagi kalau sampai jam 17.00 WIB yang ada murid-murid protes," kata Vita.
Jumlah guru tidak sebanding dengan murid juga dianggap makin membebankan. "Di sekolah ini aja ada sekitar 400 murid, sedangkan guru hanya 15 orang. Kita kewalahan kalau jadi diterapkan," ujarnya. "Kalau kondisinya begitu kan nggak seimbang," tambahnya.
Sementara itu, murid pun mengaku tidak setuju jika full day school dijalankan. Karena hal itu justru bisa membuat siswa jadi jenuh. "Yang ada pada malas. Sekolah sampai siang saja sudah bosan di sekolah mulu dari pagi," kata Karlina salah satu murid.
Walaupun fasilitas di sekolah ditingkatkan namun hal itu tidak lantas membuat siswa betah seharian ada di lingkungan sekolah. Terlebih beberapa siswa juga mengikuti les di luar sekolah. "Paling juga sesaat kalaupun ada fasilitas bagus. Nanti kelamaan juga bosan," pungkasnya.