Sekolah Ini Ajarkan Muridnya Mencuri dan Berbuat Kriminal, Gurunya Gengster dan Uang Sekolah Rp55 Juta
Kurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan.
Tiga desa di Madhya Pradesh, India Tengah yaitu Kadia, Gulkhedi, dan Hulkhedi menuai kritik publik karena terdapat komunitas mirip sekolah yang melatih anak-anak untuk mencuri. Sekolah pencuri berbayar ini melatih para remaja untuk menjalani kehidupan kriminal.
Dilansir dari NDTV, pendidikan kriminal mencakup serangkaian pelajaran yang menghasilkan gangster 'profesional' setelah 'lulus'.
-
Siapa guru yang mencabuli murid? Kasat Reskrim Polres Kota Pariaman, Iptu Rinto Alwi mengatakan, peristiwa itu terjadi beberapa bulan yang lalu dan pelaku sudah berhasil diamankan. 'Kejadian tahun ini, beberapa bulan yang lalu. Pelaku berhasil ditangkap pada 15 Mei 2024. Pada 29 Mei 2024 perkaranya sudah dilimpahkan ke Kejaksaan,' tuturnya.
-
Bagaimana guru itu mencabuli murid? 'Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Kenapa guru itu mencabuli murid? 'Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Di mana guru itu mencabuli murid? 'Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Kenapa siswa membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
Orang tua yang tinggal di desa tersebut mengirimkan anak mereka yang berusia rata-rata 12-13 tahun ke sekolah ini demi mendapatkan pelatihan geng kriminal. Pengajar dari tempat ini yaitu anggota geng, dan pelaku kriminal yang pernah dihukum.
Kurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan. Anak-anak juga diajarkan cara berjudi dan menjual alkohol.
Tempat di 'sekolah pencuri' membebani orang tua sebesar Rp36 juta hingga Rp55 juta sebagai biaya sekolah. Para siswa biasanya berasal dari keluarga kurang berpendidikan dan miskin.
Mereka dilatih untuk berbaur dengan keluarga kaya dan mendapatkan akses ke pesta pernikahan masyarakat kelas atas yang paling eksklusif.
Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
Biaya Sekolah Mencopet
Pendidikan masyarakat India ekonomi kelas bawah dilaporkan menjadi faktor para remaja untuk mendapatkan penghasilan lima hingga enam kali lipat dari biaya sekolah mereka, dan orang tua mereka juga dapat menerima pembayaran tahunan sebesar Rp55 juta dari para pemimpin geng.
Polisi mengatakan bahwa lebih dari 300 anak dari sekolah tersebut telah terlibat dalam pencurian pernikahan di seluruh India.
Pada tanggal 8 Agustus, saat pesta pernikahan mewah di Jaipur, sebuah kota di barat laut India, seorang pencuri mencuri tas berisi perhiasan senilai Rp2,7 miliar, dan uang tunai 100.000 rupee
Pada bulan Maret, seorang bandit berusia 24 tahun yang lulus dari sekolah pencuri mencuri tas perhiasan di sebuah pesta pernikahan di Gurgaon, India utara.
Pelaku Sulit Ditindak
Inspektur polisi Ramkumar Bhagat mengatakan bahwa karena sebagian besar pelaku kejahatan adalah anak di bawah umur, maka 'sangat sulit' bagi polisi untuk mengambil tindakan.
Orang yang terbukti bersalah melakukan pencurian di India dapat menghadapi hukuman hingga tujuh tahun penjara dan denda.
Namun, sistem hukum negara ini lebih lunak dalam menangani kejahatan remaja, dengan fokus pada pemasyarakatan dan pendidikan.
Penduduk desa juga melindungi para penjahat kecil, sehingga menambah kesulitan polisi dalam memberantas jaringan pencuri profesional bawah tanah yang terus berkembang.
Sekolah pencuri semacam itu telah menarik perhatian luas di media sosial. Seorang pengamat daring mengatakan, anak-anak ini seharusnya bisa menggunakan biaya sekolah untuk pendidikan formal.
"Lingkungan sosial yang buruk telah membuat mereka tersesat," demikian kata pengamat.
"Orang tua seperti ini mengeksploitasi anak-anak mereka untuk melakukan kejahatan demi uang. Mereka tidak layak menjadi orang tua," kata yang lain.