Tiga Desa Ini Terkenal karena Ajarkan Anak-Anak Jadi Pencuri, Sampai Ada Sekolahnya Gratis
Tiga desa di negara ini terkenal ldi media sosial karena ajarkan anak-anak jadi pencuri.
Tiga desa terpencil di Madhya Pradesh, India, kini menjadi sorotan karena keberadaan 'sekolah pencuri' di mana anak-anak berusia 12 tahun dilatih untuk mencopet, mencuri, dan merampok oleh para penjahat berpengalaman.
Ketiga desa tersebut, yaitu Kadia, Gulkhedi, dan Hulkhedi, berlokasi sekitar 120 km dari Bhopal, ibu kota negara bagian itu. Menurut laporan, tempat ini berfungsi sebagai pusat pelatihan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, di mana orang tua mereka rela membayar 'biaya pendidikan' antara 200.000 hingga 300.000 rupee (setara dengan USD 2.400 hingga USD 3.600) untuk mengajarkan keterampilan mencopet dan merampas tas di keramaian.
-
Bagaimana anak-anak belajar mencuri di sekolah? Kurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan. Anak-anak juga diajarkan cara berjudi dan menjual alkohol.
-
Siapa pengajar di sekolah pencuri? Pengajar dari tempat ini yaitu anggota geng, dan pelaku kriminal yang pernah dihukum.
-
Apa yang diajarkan di sekolah pencuri? Kurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan. Anak-anak juga diajarkan cara berjudi dan menjual alkohol.
-
Kenapa orang tua mengirim anak ke sekolah pencuri? Orang tua yang tinggal di desa tersebut mengirimkan anak mereka yang berusia rata-rata 12-13 tahun ke sekolah ini demi mendapatkan pelatihan geng kriminal.
-
Dimana lokasi penangkapan para pelajar? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Di mana guru SD tersebut melakukan aksi bejat? “Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,“ jelasnya.
Mereka bahkan dilaporkan terlibat dalam perampokan, pencurian rekening bank, menghindari penangkapan oleh polisi, dan bersiap menghadapi risiko jika tertangkap, seperti yang dikutip dari Oddity Central pada Minggu (1/9/2024).
Sekolah yang dikenal sebagai sekolah pencuri ini telah melahirkan sejumlah penjahat terkenal dalam sejarah India, sehingga menarik perhatian keluarga-keluarga miskin dan kurang berpendidikan yang tidak mampu memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka.
Setelah melakukan pertemuan dengan pemimpin geng dan membayar biaya yang ditetapkan, orang tua mengirim anak-anak mereka untuk belajar kejahatan selama satu tahun guna memperoleh berbagai keterampilan dan mempersiapkan diri untuk hidup dalam dunia kriminal.
Setelah menyelesaikan pelatihan dan bergabung dengan geng, keluarga siswa akan menerima pembayaran tahunan antara 300.000 hingga 500.000 rupee dari pemimpin geng sebagai imbalan atas kontribusi mereka.
Diduga masyarakat turut memberikan perlindungan
Kejahatan memiliki akar yang dalam di desa-desa terpencil ini, dan meskipun pihak kepolisian menyadari aktivitas yang terjadi, mereka tidak memiliki banyak opsi untuk bertindak. Hal ini disebabkan oleh sikap masyarakat yang selalu melindungi kelompok-kelompok tersebut. Mereka cenderung curiga terhadap orang luar dan akan menghadapi petugas kepolisian jika ada upaya untuk menangkap salah satu dari anggota mereka.
"Saat kami perlu mengunjungi desa-desa ini, kami mengerahkan tim dari beberapa kantor polisi untuk menangkap para pelaku," ungkap Ramkumar Bhagat, Inspektur dari kantor polisi Boda, kepada NDTV. "Para pelaku kejahatan ini sangat terampil dalam pencurian tas, perampokan bank, dan berbagai kejahatan lainnya, sering kali melibatkan anak-anak di bawah usia 17 tahun untuk melaksanakan aksi mereka.
Sebagian besar tindakan pencurian dilakukan oleh anak-anak, sehingga semakin sulit untuk memberantas budaya kriminal yang sudah mengakar ini." Anak-anak yang dilatih di sekolah pencuri di desa-desa tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu, tetapi mereka diajarkan untuk berbaur dengan keluarga kaya agar dapat melancarkan aksi pencurian. Mereka sering kali menyusup ke acara-acara khusus seperti pernikahan, di mana mereka bisa dengan mudah mencopet tamu, mencuri perhiasan, atau bahkan melakukan perampokan besar.