Harga tomat anjlok, petani cuek tak mau panen
"Karena ketika dihitung biaya akan lebih besar dari pendapatan," jelas petani tomat Lenny.
Petani di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) membiarkan komoditas tomat membusuk. Alasannya karena harga tomat di pasaran anjlok. Hal tersebut memicu amarah dari para petani tomat, salah satunya Rommy T, petani tomat asal Minahasa.
Rommy mengatakan, pihaknya sangat rugi karena biaya tanam, pemupukan dan pemeliharaan tidak kembali pokok. Dan jika akan melakukan panen pasti biaya akan lebih besar.
"Tanaman tomat tidak kami petik atau panen karena biayanya tidak sesuai dengan harga jual nanti," katanya di Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (21/4).
Pernyataan serupa juga disampaikan, Lenny petani tomat asal Langowan Minahasa. Dia mengungkapkan, dirinya juga melakukan aksi yang sama. Bahkan hasil kebunnya bisa dinikmati oleh masyarakat yang membutuhkannya.
"Karena ketika dihitung biaya akan lebih besar dari pendapatan," jelasnya.
Masyarakat juga hanya memetik sekedar sesuai kebutuhan rumah tangga, sehingga banyak sekali yang membusuk. Saat ini katanya, harga tomat di sentra perdagangan pasar tradisional sangat murah yakni di bawah Rp5.000 per kilogram.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Hanny Wajong mengatakan saat ini memang harga tomat mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga Rp5.000 per kilogram.
Hanny mengatakan karena stok di tangan pedagang yang cukup banyak sehingga harga ikut menurun. "Memang hukum pasar terjadi jika stok banyak pasti harga turun begitu pula sebaliknya jika sedikit pasti harganya mahal," jelasnya.
Namun, Disperindag tetap melakukan pemantauan setiap hari baik harga maupun stok, sehingga kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi dengan baik.