Harmoni di rumah Sang Maestro
"Kalau kita semua menganggap remeh dia. Jangan salahkan kalau dunia kiamat duluan," kata Iwan lewat lirik lagunya.
"Kalau kita tak bersahabat dengannya. Ia bisa ngambek dan membunuh kita," begitu petikan lagu berjudul 'Sampah' karya musisi legendaris Iwan Fals. Lagu itu tersemat di album bertajuk 'Raya'. Sebuah album yang diambil dari nama anak ketiga Iwan Fals, Raya Rambu Rabbani yang kini berusia 12 tahun.
Bagi Iwan Fals, masalah sampah tidak bisa dianggap remeh, tapi sebuah spirit membangun kepedulian masyarakat untuk peduli terhadap sampah. Bukan sebuah kebetulan, jika konser bertajuk 'Nyanyian Raya', Iwan Fals di beberapa kota tahun lalu, mengkampanyekan dan memunguti sampah usai konsernya berlangsung.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Cerita lucu apa yang dibagikan oleh merdeka.com? Untuk itu, berikut merdeka.com membagikan kumpulan beberapa cerita lucu dilansir dari berbagai sumber, Jumat (19/1/2024):
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Siapa yang berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Peringatan Hari Santri seyogyanya sebagai pengingat bahwa para santri punya andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, teruslah berjuang di jalan dakwah untuk memelihara persatuan dan kerukunan Tanah Air. Selamat Hari Santri Nasional 2023!
-
Bagaimana surat kabar Benih Merdeka menanamkan jiwa kemerdekaan? Dengan berdirinya surat kabar Benih Merdeka di bumi Sumatra, hal tersebut menjadi salah satu senjata dalam melawan penjajah Belanda melalui ide serta gagasan.
"Kalau kita semua menganggap remeh dia. Jangan salahkan kalau dunia kiamat duluan," kata Iwan lewat lirik lagunya.
Semua memang berawal dari kepedulian Iwan Fals terhadap sampah dan lingkungan. Konsistensi pemilik nama lengkap Virgiawan Listanto memang tercermin dari kediamannya di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Rumahnya yang asri nan bersih menjadi gambaran atas lirik yang ia ciptakan. Jangan kaget, jika kediaman Iwan Fals memiliki sistem pengolahan sampah yang baik. Sampah organik dan non organik dipisah untuk kemudian diolah.
Hujan memang belum mengguyur Jakarta dan sekitarnya saat merdeka.com bertandang ke rumah Iwan Fals dua minggu lalu. Namun suasana teduh di kediaman Iwan Fals begitu terasa. Seolah tak mau menyudahi mata ini lirak lirik, lantaran takjub melihat kediamannya yang begitu luas, pemilik rumah menyambut kami untuk berbincang di luar waktu sibuknya menyiapkan album dan konser di salah satu televisi nasional.
Sebuah beranda dengan bangku memutar di depan kamarnya, Iwan Fals menemui kami. Sandal jepit mengantarkan perbincangan kami nyaris dua jam. "Itu Hutan Malabar lagi rame ya, yang katanya mau dibangun pertokoan atau apa gitu. Bagaimana kelanjutannya," kata Iwan bertanya. Iwan memang salah seorang musisi yang ikut juga dalam kepedulian lingkungan. Kepedulian itu bukan tanpa sebab. Kelak dia berharap anak cucu orang Indonesia bisa merasakan keindahan alamnya.
Segelas kopi hangat dan air mineral produksi Orang Indonesia (OI), mengantarkan perbincangan kami di rumahnya yang rindang dengan pepohonan. Bagi Iwan Fals, persoalan sampah memang bukan perkara mudah. Setiap tempat yang dia lewati dan singgahi, sampah menjadi pusat perhatian dua matanya untuk kemudian dijadikan sebuah lagu. Bahkan Iwan sudah mengkalkulasi, satu manusia menghasilkan dua kilo sampah perhari.
Jika itu bisa dikelola dengan baik, bukan hal yang mustahil kehidupan bagi orang-orang di sekitar lebih bermanfaat. Pesannya pun tak muluk-muluk, jika setiap orang memungut sampah usai nonton konsernya, ialah pesan sosial agar mereka peduli terhadap kebersihan lingkungan. Kesadaran kebersihan itu ia coba titipkan dalam setiap konsernya. "Sampah juga punya nilai ekonomis. Kalau kreatif bisa buat segala macam," kata Iwan berpesan.
Sebagai seorang muslim, satu hal dipesan oleh Iwan Fals. Layaknya hidup dalam kebersamaan, selain persoalan sampah, silaturahmi dengan sesama itu juga penting. Apalagi jika hidup selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Baginya perjalanan hidupnya hingga hari ini semua karena doa yang terus dia panjatkan setiap hari.
Iwan Fals memberikan sebuah ilustrasi, jika semua hubungan dengan sesama manusia dan alam terjalin atas dasar kasih sayang, kehidupan di dunia ini akan berjalan harmoni. Baginya hidup di dunia hanya seperti orang numpang minum.
"Kita beresin itu. Karena saya muslim, setiap gerakan saya mulai dengan basmalah, setelah selesai saya akhiri dengan hamdalah," katanya berpesan.
Hidup bagi Iwan Fals memang simpel, yang terpenting ialah menjalankan kata-kata. Apalagi Indonesia sebagai negara mayoritas umat muslim terbesar menjadi perhatian dunia. Jika dasar kasih sayang dengan sesama menjadi landasan, bukan hal sulit jika Indonesia menjadi salah satu negara harmoni.
"Karena perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Yaudah kita setia dengan kata-kata, kalau memang atas nama Allah maha pengasih lagi maha penyayang, seharusnya kita orang muslim gudangnya kasih sayang dong," ujar Iwan Fals.
Baca juga:
Ilham Habibie: Me time saya, bermain piano dan membaca buku
Ini harapan Ilham Habibie kepada pemerintahan Jokowi
Ilham Habibie ingin dorong industrialisasi pesawat di Indonesia
Ilham Habibie sudah rencanakan bangun pesawat R-100
Ilham Habibie, tetap bangkit di saat-saat sulit
Menyebar inspirasi lewat Medeka Coverstory