Heboh video orangtua marah anak tak lolos Akpol, ini kata Polri
Heboh video orangtua marah anak tak lolos Akpol, ini kata Polri. Seorang pria berkemeja kotak biru dongker mengaku anaknya mendapatkan rangking 15 dari 23 peserta. Namun anaknya tak lulus dalam ujian tersebut. Padahal peserta dengan nilai di bawahnya lolos dalam tahap seleksi.
Beredar sebuah video di WhatsApp grup, orangtua peserta seleksi ujian masuk akademi kepolisian di Bandung, Jawa Barat yang tak terima anaknya tak lulus seleksi. Video berdurasi 2 menit 17 detik itu menggambarkan aksi sejumlah orangtua murid yang anaknya gagal masuk Akpol.
Seorang pria berkemeja kotak biru dongker mengaku anaknya mendapatkan rangking 15 dari 23 peserta. Namun anaknya tak lulus dalam ujian tersebut. Padahal peserta dengan nilai di bawahnya lolos dalam tahap seleksi.
"Ini (anaknya) rangking 15 dari 23 tetapi enggak masuk. Otaknya dimana ini," kata pria itu kepada para panitia.
"Untuk apa dibuat tesnya. Kalau begitu tunjuk saja yang bakal lolos," kata seorang ibu yang memakai baju batik dan kerudung hitam.
"Tanggapan panitia apa, tanggapan panitia. Panitia jangan diam aja," kata pria berkemeja putih yang lainnya.
Tak hanya aksi protes dari orangtua peserta, beberapa peserta pria yang memakai kemeja putih dan celana panjang hitam ini juga tampak menangis. Beberapa orang lainnya justru sibuk menenangkan dan ada pula yang hanya terdiam.
Sementara itu, pihak kepolisian tampak berusaha menenangkan para orangtua peserta. Beberapa orang polisi di meja panitia depan hanya terdiam melihat aksi tersebut.
Sementara itu, Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Martinus Sitompul mengaku sudah melihat video tersebut. Pihaknya mengaku akan mendalami informasi tersebut untuk mengambil sikap selanjutnya.
"Kita sudah melihat video tersebut. Nanti kita akan pelajari dulu apa yang terjadi dan kemudian baru kita lakukan sikap apa yang kita sampaikan," kata Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (29/6).
Martinus juga mengaku telah mendapatkan laporan dari masyarakat terkait adanya ketidakpuasan dalam sistem seleksi masuk akademi kepolisian. Untuk itu dia akan mempelajari lebih lanjut duduk permasalahan yang terjadi.
Bila terjadi pelanggaran dalam prosesnya, maka akan ditindaktegas. "Bila nanti ini terkait dengan adanya satu pelanggaran-pelanggaran tentu akan kita tindaklanjuti. Kita lihat nanti," ujarnya.
Martinus menerangkan pada prinsipnya dalam seleksi calon akademi kepolisian mengedepankan prinsip 'betah'. Yakni bersih, transparan, akuntabel dan humanis.
"Setiap tes itu kita sampaikan nilainya, sehingga sejak awal orang tahu, nomor urut berapa dia dan kira-kira dia masuk atau tidak, seperti itu. Jadi secara terbuka, dimana-mana sudah dilakukan seperti itu," terang Martinus.
Misalnya pada tes jasmani, peserta dapat mengetahui nilai setelah semua peserta melakukan tes lari. Dari nilai tersebut dapat diketahui rangking yang didapat peserta.
Sehingga peserta bisa mengakumulasi nilainya sendiri dan memprediksi lolos atau tidaknya dalam tahapan seleksi. "Persis (bisa prediksi lolos tidaknya peserta) karena prinsip betah tadi, bersih transparan akuntabel dapat dipertanggungjawabkan," ungkap Martinus.