IAI sebut akuntan Indonesia belum bisa bersaing di level ASEAN
IAI sebut akuntan Indonesia belum bisa bersaing di level ASEAN. Dari segi jumlah akuntan yang tersertifikasi, jumlahnya masih jauh di banding Thailand.
Para akuntan publik di Indonesia belum bisa bersaing di kancah negara-negara ASEAN. Akuntan Indonesia di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) masih berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
Hal itu disampaikan Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Jawa Barat Edi Jaenudin saat peluncuran Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM), dalam peringatan HUT Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ke-59 di Trans Hotel Bandung, Kamis (8/12).
"Di level ASEAN kita masih kalah jauh dari Thailand yang sudah mensertifikasi lebih dari 60.000 akuntan. Kita nomor empat dengan jumlah akuntan yang tersertifikasi," katanya.
Dia menyebut Indonesia setiap tahunnya meluluskan 35 ribu akuntan. Tapi yang diakui dunia internasional tidak melebihi angka itu.
"Yang sudah memiliki sertifikat Carter Accountant (CA) baru 22.000 orang se-Indonesia. Dari sebanyak 55.000 akuntan yang terdaftar di negara melalui Kementerian Keuangan," terangnya.
Menurutnya, belum banyaknya akuntan Indonesia yang tersertifikasi lebih disebabkan kesadaran masing-masing. Pasalnya selepas lulus mayoritanya segera diserap perusahaan.
"Masih banyak yang terlalu nyaman dengan kondisinya sekarang. Padahal di era globalisasi hal itu akan jadi kelemahan. Perusahaan asing akan memilih akuntan profesional lain yang punya sertifikat," imbuhnya.
Pihaknya sendiri mengaku terus mendorong para akuntan untuk menempuh jalur pemerolehan sertifikat CA. Bulan November lalu ada 2.016 orang yang ikut dalam gebyar CA di Bandung. Yakni pelatihan sertifikasi secara gratis.
"Mereka mahasiswa akuntan yang ada di Jabar. Dengan begitu, mereka akan jadi akuntan yang tidak hanya menonton di rumah sendiri," terangnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, peran akuntan cukup vital dalam tata kelola keuangan negara. Hanya profesi akuntanlah yang mengetahui kondisi keuangan negara. Maka demikian, dia mengingatkan bagi mereka yang tengah menggeluti profesi akuntan harus terus bisa menjaga integritas dan kepercayaan publik.
Dia juga berharap para senior yang sudah lama bergelut di bidang akuntan bisa menularkan ilmunya kepada akuntan baru untuk bisa berdaya saing.
"Dari 51 ibu akuntan tentu harapannya senior bisa menjaga dan mendidiknya (junior). Akuntan itu sifat pribadi sama dengan lawyer. Kenapa kantor akuntan nama orang? enggak ada akuntan Surya Semesta. Akuntan selalu nama orang karena itu melekat kepercayaan orang," terangnya.
Dia lantas mengilustrasikan, perusahaan akuntan publik yang beken di Amerika, Arthur Andersen pada awal tahun 2000-an. Saat namanya melesat, namun kantor tersebut dinyatakan bersalah dalam skandal Enron hingga menyebabkan 85.000 orang dipecat.
"Itu bukan karena merugi, justru sebaliknya dia peroleh laba. Tapi karena me-markup akhirnya dia kehilangan kepercayaan dan bangkrut," ujarnya.