Indonesia Bangsa Toleran, Jangan Mudah Terprovokasi Hasutan di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak sosial luar biasa kepada masyarakat.
Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak sosial luar biasa kepada masyarakat. Untuk itu masyarakat terus diingatkan tak mudah terprovokasi dengan hasutan-hasutan yang bisa berujung kericuhan. Hal ini masih marak terjadi di media sosial.
"Saya melihat di medsos yang sekarang itu tidak terkontrol, maka seharusnya pemerintah melakukan tindakan kepada mereka-mereka yang menyebarkan hoaks," kata Ketua Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yusnar Yusuf Rangkuti dalam keterangannya, Minggu (21/6).
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Terkait peran ormas Islam dalam menghadapi Covid-19 ini, Yusnar mengatakan sudah memberikan bantuan kepada masyarakat, bahkan tanpa diminta oleh pemerintah terlebih dahulu. Dia bisa memahami kenapa pemerintah terkesan terlihat lambat karena ada aturan-aturan yang tak bisa ditabrak.
"Itu lumrah-lumrah saja tidak ada masalah. Dan kami para ormas Islam sebelum diminta sudah turun duluan membantu masyarakat yang terampak Covid-19 ini," imbuhnya.
Yusnar juga menghimbau kepada umat muslim di Indonesia untuk kembali memunculkan keramahtamahan yang dimiliki di tengah kondisi seperti ini. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar-sesama warga bangsa.
"Indonesia ini adalah bangsa yang sangat ramah. Kembalilah kita galakkan senyum yang ramah kepada semuanya, karena dengan senyum itu akan terlihat bahwasannya bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang ramah, bangsa yang sangat toleran," ujar mantan Direktur Pendidikan Agama Islam Masyarakat Departemen Agama ini.
Yusnar menambahkan bahwa perlunya moderasi beragama untuk menanamkan sikap toleransi beragama kepada masyarakat. Dia juga ini menyampaikan bahwa salah satu cara untuk membendung penyebaran paham radikalisme adalah melalui dakwah dengan untuk meluruskan pandangan radikal tersebut secara terus menerus.
"Apa yang telah disampaikan oleh pemerintah ataupun ulama hal tersebut merupakan suatu hal untuk kebaikan banyak umat, tentunya kita harus mematuhinya. Karena hal itukan juga bagian dari melaksanakan toleransi," tandasnya.
Baca juga:
VIDEO: Penjelasan Dokter, Dexamethasone Belum Tentu Ampuh Tapi Berisiko
Data Kasus Covid-19 per 21 Juni: DKI Jakarta Tertinggi 142 Orang
Indonesia Bangsa Toleran, Jangan Mudah Terprovokasi Hasutan di Tengah Pandemi
Update Covid-19 Per 21 Juni 2020: 45.891 Positif, 18.404 Sembuh dan 2.465 Meninggal
Presdir Soal Covid-19 di Freeport: Total Kumulatif Kasus 188, Angka Kesembuhan 134
350 Warga Lakukan Rapid Test Saat CFD di Jakarta, Dua Reaktif
Dwi Sasono Tersandung Narkoba, Widi Mulia Ungkap Kondisi Keuangan Mulai Menipis