Ini penyebab harga beras di Jabar naik hingga 11 persen
"Jabar itu penghasil beras terbesar secara nasional sehingga tidak perlu terjadi (kenaikan)," ungkap Ferry .
Harga beras di Jabar naik hingga 11 persen. Padahal stok beras tidak masalah. Bulog Divre Jabar mengklaim stok beras aman untuk 3 bulan ke depan dari kebutuhan 7.000 ton setiap harinya.
"Harga beras di Jakarta naik, dan ternyata dari informasi itu di Jabar malah ikut-ikutan. Padahal stok beras berlimpah, distribusi juga tidak terganggu," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Jabar, Ferry Sofwan di Gudang Bulog Jabar, Senin (23/2).
Kenaikan yang tidak diduga itu lanjut dia sebenarnya tidak perlu terjadi. Sebab DKI dan Jabar berbeda. Jika DKI Jakarta merupakan tempat pemasaran sehingga dinilai wajar jika terjadi gejolak harga beras.
Sedangkan Jabar sebagai sentra produksi pangan terbesar nasional dinilai tidak wajar jika mengalami gejolak harga beras. "Jabar itu penghasil beras terbesar secara nasional sehingga tidak perlu terjadi," ungkapnya.
Lainnya kenaikan harga beras di Jabar diduga kuat karena kebijakan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel yang tidak akan impor beras pada tahun ini. "Ini ada pernyataan dari Mendag bahwa beras kita tidak akan impor," jelasnya.
Menurut dia, harga beras sejak Desember 2014 lalu ada dikisaran Rp 9.500/kg. Namun saat ini harganya mencapai Rp 10.600/kg atau meningkat hingga 11%.
Pihaknya mendorong kabupaten/kota untuk segera mengajukan Operasi Pasar (OP) beras. Permohonan pengajuan dapat langsung disampaikan kepada subdivre Bulog.
Menurutnya, kabupaten/kota bisa mengajukan OP meski harga beras baru naik 5% hingga 10%. Bulog akan menggelar OP langsung di pasar-pasar tradisional. "Segera ajukan OP, jangan tunggu sampai harga beras naik hingga 30%, itu sih terlalu lama dan berbahaya," terangnya.