Inisiator Lapor Covid-19: Penanganan Wabah Tak Bisa Diatasi di Level Individu
Inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif menyatakan bahwa penanganan pandemi yang dilakukan oleh pemerintah masih belum optimal. Dia mengkhawatirkan kebijakan diambil pemerintah membuat tsunami Covid-19 yang menimpa India terjadi di Indonesia.
Inisiator Lapor Covid-19, Ahmad Arif menyatakan bahwa penanganan pandemi yang dilakukan oleh pemerintah masih belum optimal. Dia mengkhawatirkan kebijakan diambil pemerintah membuat tsunami Covid-19 yang menimpa India terjadi di Indonesia.
"Jika situasi ini dibiarkan kami khawatir bahwa tragedi kematian massal di India bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia. Sejarah juga mencatat dalam pandemi flu Spanyol 1918, India dan Indonesia ini termasuk negara dengan korban yang sama-sama banyak. Dari 50 juta korban, India kehilangan 10-20 juta saat itu. Di Indonesia di Jawa dan Madura saja kehilangan 4,2 jutaan," kata Ahmad Arif dalam sebuah diskusi daring pada Minggu (20/6).
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Ahmad Arif mengingatkan bahwa sejarah tersebut bisa saja terulang di Tanah Air. Apalagi jika kebijakan pemerintah, ditambah ketaatan masyarakat masih kurang serius untuk memerangi pandemi.
"Seperti kita ketahui wabah itu tidak mungkin diatasi di level individu. Karena prokes setiap orang tentu saja penting, tetapi selama penularan terjadi seperti sekarang ini celah terpapar sangat tinggi sekali. Kita sudah disiplin, orang lain abai risiko juga bakal kena sendiri," tegasnya.
Untuk itu Ahmad Arif mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar serius dan mengedepankan keselamatan masyarakat dalam menangani pandemi ini.
"Jadi meminta dengan hormat kepada Presiden Jokowi dan para kepala daerah di seluruh Indonesia agar memimpin penanganan pandemi dengan memprioritaskan keselamatan dan kesehatan masyarakat dengan prinsip-prinsip equity at all cost," ujar dia.
Dia juga menginginkan pemerintah untuk mampu mengkoordinasikan daerah supaya bisa mengintensifkan 3T serta mendisiplinkan penerapan 3 M dan vaksinasi menyeluruh kepada masyarakat.
"Akhirnya saya hanya berharap suara dari para tokoh yang diundang di sini bisa didengar dan dijalankan. Karena Undang-Undang Dasar negara kita telah mengamanatkan perlindungan terhadap semua warga negara Indonesia tanpa pilih kasih," pungkasnya.
Indonesia Masih di Gelombang Pertama Pandemi
Indonesia sudah kurang lebih 1,5 tahun diterpa Pandemi Covid-19. Pakar Epidemiologi dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menyebut, selama kurun waktu tersebut hingga saat ini Indonesia masih berada dalam gelombang pertama pandemi. Hal itu didasarkan sejumlah sebab. Salah satunya menyangkut angka kematian yang masih di atas 5 persen.
"Sesungguhnya kita masih di gelombang pertama. Karena indikator positivity rate kita masih di atas 10 persen, mortality rate masih di atas 5 persen, dan jaga incidence rate (temuan kasus harian) yang masih di angka ribuan, bahkan puluhan ribu di atas 10 ribu. Jadi semua indikator menunjukkan kita masih di gelombang pertama," tegas Hermawan dalam sebuah diskusi daring pada Minggu (20/6).
Dengan paparan fakta sejumlah indikator tersebut, menurut Hermawan pandemi Covid-19 di Indonesia masih jauh dari kata terkendali. Bahkan di gelombang pertama ini pandemi di Indonesia masih belum menemukan puncak kasus.
"Mudah-mudahan kita masih bisa menemukan puncak kasus. Karena sejujurnya sekarang kita belum pada puncak kasus juga, lereng tanjakan masih jauh ibarat bukit dan kurva normal lereng itu masih panjang dan garis pantai masih jauh," ujar dia.
Hermawan berharap agar kebijakan penanganan pandemi lebih dioptimalkan agar tak membuat pemerintah kewalahan ke depannya. Salah satu opsi yang bisa dilakukan adalah melakukan lockdown.
“Kalau memang mau memutus mata rantai Covid, negara mayoritas yang sudah melewati puncak kasus itu menggunakan optimum social restriction. Kalau bahasa pasarnya lockdown kira-kira begitu," pungkasnya.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com