IPW minta selidiki hubungan polisi dengan bisnis pengamanan
"Sepertinya ada aksi balas dendam dari para pelaku kriminal jalanan terhadap polisi," kata Neta.
Indonesian Police Watch (IPW) mengingatkan Polri agar tak terpaku pada opini bahwa pelaku penembakan terhadap Bripka Sukardi merupakan tindak terorisme. Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan tak menutup kemungkinan kasus penembakan ini karena maraknya aksi pemberantasan preman belakangan ini.
"Akibatnya polisi terperangkap pada opininya sendiri hingga kesulitan mengungkap kasus-kasus penembakan terhadap personelnya itu. Sepertinya ada aksi balas dendam dari para pelaku kriminal jalanan terhadap polisi," kata Neta di Jakarta, Rabu (11/9).
Dalam kasus penembakan Bripka Sukardi di depan KPK, polisi perlu mencermati adanya persaingan dalam bisnis jasa pengamanan dan pengawalan antara aparat dan preman. IPW mengkhawatirkan dengan seringnya penembakan itu, akan membuat warga menjadi sangat takut dan khawatir. Sebab, kata Neta, bagaimana polisi bisa melindungi masyarakat, jika melindungi diri sendiri tidak bisa.
"Ironisnya lagi kasus-kasus penembakan terhadap polisi itu tidak kunjung terungkap, sementara penembakan, pengeroyokan, dan penusukkan terhadap polisi masih saja terjadi. IPW berharap Polri, khususnya Polda Metro Jaya segera mengungkap kasus ini, agar tren penembakan ini berhenti," ujar Neta.
Sebelumnya, Bripka Sukardi tewas ditembak orang tidak dikenal di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/9) sekitar pukul 22.20 WIB.
Saat penembakan, Sukardi diduga sedang mengawal sebuah truk di sekitar lokasi kejadian.