Jadi Salah Satu Kunci Kemakmuran Indonesia, Tengok Hilirisasi Rumput Laut Gunungkidul
Inilah yang sedang diupayakan oleh pemerintah di bawah komando Presiden Prabowo Subianto.
Pernahkan jalan-jalan ke Gunungkidul? Jika belum, mari kita ke sana. Namun, kita tidak akan mencari gaplek, makanan dari singkong kering yang identik dengan daerah di pantai selatan Yogyakarta itu. Kali ini, kita akan melihat proses pengolahan rumput laut menjadi beragam produk bernilai tinggi.
Jika kita mampir ke Padukuhan Dunggubah I, Duwet, Wonosari, maka akan melihat potensi besar olahan rumput laut. Produk olahan rumput laut dari wilayah itu tidak hanya dijual di dalam negeri, melainkan juga diekspor ke Hong Kong hingga Jepang.
-
Apa itu komedo? Secara sederhana, komedo adalah masalah kulit berupa benjolan kecil yang muncul di pori-pori wajah. Nah, masalah kulit yang satu ini mulai terbentuk ketika sel kulit mati dan minyak menumpuk kemudian menyumbat pori-pori.
-
Siapa yang dianggap mirip dengan Komeng? Banyak netizen memberikan pujian, dan ada yang menyebutnya mirip dengan salah satu idola Korea Selatan. Komeng dianggap mirip dengan Christian Yu, yang lebih dikenal sebagai DPR Ian.
-
Apa itu Kompang? Kompang adalah alat musik sejenis gendang yang begitu populer di tanah Melayu khususnya Riau.
-
Apa tugas utama Kompolnas? Seluruh masyarakat yang ingin memajukan Polri pun berkesempatan untuk mendaftarkan diri sebagai komisioner pengawas Korps Bhayangkara. Pendaftaran Calon Pimpinan Kompolnas Resmi Dibuka, Cek Persyaratannya Berikut Ini Pendaftaran Online Ketua Pansel Kompolnas, Hermawan Sulistyo mengatakan, pendaftaran calon pimpinan Kompolnas dimulai pada 27 Juni hingga 19 Juli 2024 melalui online di pansel@kompolnas.go.id dan www.kompolnas.go.id.
-
Apa yang menjadi sorotan warganet tentang Komeng? Video tersebut menarik perhatian warganet, terutama mobil abu-abu yang dikendarai Komeng, yang dianggap istimewa dan mahal.
Salah satu pengolah rumput laut di Gunungkidul adalah Nuraji. Dia memang tidak muda lagi, sudah 84 tahun. Kulit di sekujur tubuhnya sudah keriput. Tapi lihatlah, semangatnya untuk mengolah rumput laut menjadi produk bernilai tinggi tidak pernah mengendur. Nuraji adalah ketua kelompok UD Rumput Mandiri yang mengolah rumput laut.
“Dari kelompok saya, yang kami utamakan agar-agar kertas, kemudian karagenan, bahan baku, dan kemudian pupuk organik rumput laut. Itu yang kami utamakan,” kata Nuraji dalam video YouTube Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Nuraji dan kelompoknya membeli bahan baku dari para pengepul yang mendapat rumput laut dari masyarakat setempat. Jenisnya beragam, ada Sargassum, Ulva Lactuca, dan Gelidium. Jika berkunjung ke gudang kelompok UD Rumput Mandiri, kita akan melihat hamparan rumput laut yang sedang dijemur. Berkarung-karung rumput laut kering disimpan di gudang, menunggu pengolahan.
Di dapur produksi, kompor seolah tak pernah padam. Nuraji dan kelompoknya terus mengolah rumput laut menjadi bahan yang lebih bernilai jual. Salah satu produk andalannya adalah agar-agar dalam bentuk lembaran.
Jangan dibayangkan agar-agar lembaran itu lembek dan siap santap. Lembaran-lembaran agar produksi Nuraji dan kelompoknya itu menyerupai kertas. Kering. Untuk memakannya, butuh dimasak lagi.
- Kala Prabowo Rindu Tanah Air usai 10 Hari Dinas Luar Negeri
- Sederet Tugas Jenderal Dudung Abdurachman usai Dilantik jadi Penasihat Khusus Presiden Prabowo
- Kenakan Kemeja Biru Muda ala Prabowo-Gibran, Pasangan Matahati Daftar ke KPU Sumsel
- Ditanya Mengapa Penting Jadi Presiden RI di Depan Para Pemimpin Dunia, Prabowo Subianto Langsung Blak-blakan
Proses pengolahan rumput laut yang dilakukan oleh kelompok Nuraji itu menjadi gambaran sederhana hilirisasi. Lihatlah hasilnya, rumput laut yang dibeli dari pengepul per kilogram hanya ribuan itu telah disulap menjadi bahan pangan bernilai ratusan ribu.
“Untuk agar-agar lembaran kita jual Rp125 ribu per satu kilo. Yang rusak-rusak kita bikin tepung, satu kilonya Rp140 ribu,” tutur Nuraji.
Pemerintah Ingin Melakukan Hilirisasi Rumput Laut
Potensi ini bukan tidak disadari oleh pemerintah. Menurut Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, pemerintah ingin melakukan hilirisasi rumput laut, bahkan salah satu produk hasil olahannya adalah bioavtur.
“Kita kan juga koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Bapak Trenggono untuk hal itu. Dan kita sudah ada gambaran awalnya jadi kita sudah sampaikan dan kita juga memastikan potensi prioritasnya apa,” ujar Roslan, Minggu 3 November 2024.
Riset awal pemanfaatan rumput laut menjadi bioavtur dan produk lain, kata Roslan, sudah di tangan. Hasil itu tinggal dibahas dengan KKP. Dia yakin hilirisasi rumput laut dapat dikembangkan lebih jauh sehingga mampu menghasilkan nilai tambah.
Hilirisasi rumput laut ini memang potensial. Apalagi, menurut data KKP pemanfaatan lahan untuk budidaya baru terpakai 0,8 persen atau seluas 102.254 hektare dari total potensi luas lahan sebesar 12 juta hektare.
“Kita untuk rumput laut ini, kita nomor dua penghasil terbesar di dunia. Tetapi untuk rumput laut tropis kita nomor satu terbesar di dunia,” tambah Roslan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa ekspor rumput laut Indonesia cukup tinggi. Pada lima tahun terakhir, ekspor rumput laut mengalami peningkatan. Pada 2019, jumlah ekspor rumput laut Indonesia mencapai 195.604 ton. Pada 2020 sempat turun ke 181.524 ton, tahun 2021 naik lagi menjadi 208.788 ton, pada 2022 kembali melonjak menjadi 237.270 ton, dan tahun 2023 sebanyak 251.071 ton.
Tentu nilai rumput laut akan lebih tinggi jika diekspor dalam kondisi sudah menjadi produk olahan, bukan bahan baku. Inilah yang sedang diupayakan oleh pemerintah di bawah komando Presiden Prabowo Subianto.
Dalam Sidang Kabinet Paripurna perdana pada 23 Oktober 2024, Prabowo menegaskan pentingnya program hilirisasi untuk meningkatkan kemakmuran. Dia bahkan menginstruksikan para menterinya untuk segera melakukan koordinasi.
“Hilirisasi kunci daripada kemakmuran. Karena itu, saya minta menteri-menteri terkait, Menteri Investasi Hilirisasi, Menteri Bappenas, Menteri ESDM dengan beberapa menteri lain dibantu oleh tentu Menko Perekonomian dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional, saya minta segera inventarisir proyek-proyek penting dalam program hilirisasi kita,” ujar Prabowo.
Di era Prabowo, hilirisasi tidak hanya terbatas pada mineral tambang semacam nikel, tembaga, timah, besi baja, emas perak, batu bara, aspal buton, dan minyak bumi. Hilirisasi diperluas ke sektor perkebunan dan perikanan, seperti kelapa, karet, getah pinus, udang, ikan TCT, rajungan, hingga rumput laut.
Prabowo bahkan menginstruksikan para menteri terkait untuk segera merumuskan program hilirisasi 26 komoditas utama yang harus dikejar dalam waktu dekat.
“26 komoditas proyek-proyek yang vital dalam 26 komoditas tersebut yang harus dihilirisasi segera dirumuskan, bikin daftar, dan kita segera untuk mencari dana sehingga kita bisa mulai hilirisasi dengan waktu yang sesingkat-singkatnya,” ungkap Prabowo.
Dalam forum APEC CEO Summit 2024 di Peru, Prabowo menegaskan tekad Indonesia melakukan hilirisasi sumber daya. “Kami punya 26 komoditas yang kami bertekad miliki industri pengolahannya,” jelas Prabowo.
Indonesia, kata Prabowo, membutuhkan investasi USD 600 miliar untuk melakukan hilirisasi tersebut. Indonesia mengundang peserta asing untuk datang dan mengambil bagian dalam proses hilirisasi tersebut. “Dan banyak perusahaan telah terlibat dalam perekonomian kami selama bertahun-tahun,” kata Prabowo.
Bertujuan Meningkatkan Kemakmuran Masyarakat
Program hilirisasi yang digeber sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo dan diteruskan oleh Prabowo hanya punya satu tujuan, yaitu meningkatkan kemakmuran rakyat. Pengolahan bahan mentah di dalam negeri menjadi barang jadi tak hanya mampu meningkatkan nilai tambah, melainkan juga menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Seperti yang terlihat di gudang rumput laut milik kelompok UD Rumput Mandiri yang dipimpin Nuraji. Usaha itu tidak hanya mengubah rumput laut menjadi produk olahan dengan nilai ekonomi tinggi, melainkan juga mampu mempekerjakan warga sekitar.
“Tenaga kerja dari ibu-ibu rumah tangga. Kita menyediakan lapangan pekerjaan,” tutur Nuraji.
Di usia senja itu, mimpi Nuraji untuk mengolah rumput laut menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi belum layu. Dia bersama kelompoknya masih bersemangat dan ingin usaha itu makin besar sehingga membawa kemakmuran yang lebih besar bagi warga sekitar.
“Nanti kami juga ingin memiliki produk olahan seperti pabrik sendiri,” tutur Nuraji, mengakhiri video tersebut.