Jelang Pilpres 2019, penyebaran hoaks dipastikan bertujuan politik
Hoaks telah terbukti menjadi penyebab konflik masyarakat. Tidak hanya itu hoaks juga mengancam demokrasi di Indonesia.
Jelang tahun politik 2019 hoaks semakin bermunculan. Ada hal yang jadi dasar aktor pelaku hoaks. Menurut Ahli Komunikasi, Kuskrido Dodi Ambardi aktor hoaks tersebut adalah mereka yang memiliki tujuan politik.
"Mereka yang memiliki tujuan politik. Punya tujuan komersial dan mereka yang punya ovonturir saja," kata Dodi saat diskusi Digital Culture Syndicate dengan tema 'Menguak aktor-aktor politik hoaks di tahun politik' di Bakoel Coffe, Rabu (14/3).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Mengapa Pemilu 2019 di sebut Pemilu Serentak? Pemilu Serentak Pertama di Indonesia Dengan adanya pemilu serentak, diharapkan agar proses pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
-
Apa yang menjadi fokus utama Pemilu 2019? Pemilu 2019 ini menjadi salah satu pemilu tersukses dalam sejarah Indonesia.Pemilu ini memiliki tingkat partisipasi pemilih yang sangat tinggi. Joko Widodo dan Ma'ruf Amin berhasil memenangkan pemilu.
Dia menjelaskan aktor hoaks tersebut mereproduksi tinggi dan sistematik karena mereka memiliki tujuan serta mendapatkan keuntungan. Kemudian ovorturir kata Dodi yaitu bersifat individual kadang kala aktor hoaks tidak punya informasi lengkap. "Kadang kala aktor tersebut tidak punya informasi lengkap," ungkap Dodi.
Tidak hanya Dodi, Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito juga menduga bahwa produsen hoaks adalah bagian kalangan kelas menengah. Salah satunya dia menduga adalah dari partai politik.
"Mereka adalah bagian politik saya menduga misalnya. Tapi poin saya adalah mereka yang menguasai teknologi. menguasai informasi dan menguasai luang. yang menyesatkan publik. dan mengotori ruang publik melalui hoaks," kata Arie.
Kemudian, Arie juga menilai hoaks telah terbukti menjadi penyebab konflik masyarakat. Tidak hanya itu hoaks juga mengancam demokrasi di Indonesia.
"Perluasan distrust (kehilangan kepercayaan) menciptakan keresahan publik, dan masyarakat kian susah membedakan informasi benar dan salah," ungkap Arie.
Oleh karena itu, Arie mengimbau agar publik berhati-hati maraknya hoaks jelang Pilpres 2019. Dengan adanya hoaks, demokrasi Indonesia juga kata dia semakin membahayakan.
"Kita juga harus melakukan penyadaran melalui kampanye dan berbagai literasi digital agar sebaran hoaks tidak membahayakan di masa depan," ungkap Arie.
Baca juga:
PKB ingin lebih mesra, duetkan Jokowi dan Cak Imin sebagai pemimpin zaman now
PDIP ingin cawapres Jokowi lulus kaderisasi partai politik dan dekat dengan rakyat
Demokrat serius bangun poros ketiga di Pilpres 2019
PPP sempat sodorkan nama Ma'ruf Amin jadi Cawapres Jokowi
Said Aqil Siradj disebut patut diperhitungkan jadi cawapres Jokowi