Jenderal Timur Pane, sosok yang menginspirasi film Naga Bonar
Nasib membuatnya terpilih menjadi Jenderal dan memimpin pasukan TNI melawan Belanda di Sumatera Utara.
Dikisahkan, Naga Bonar tak pernah ikut pendidikan militer di mana pun. Dia adalah raja copet di Kota Medan. Nasib membuatnya terpilih menjadi Jenderal dan memimpin pasukan TNI melawan Belanda di Sumatera Utara pada saat revolusi.
Film ini penuh dengan komedi, walau bercerita soal perjuangan. Seorang copet menjadi jenderal tentu hanya bisa terjadi di Indonesia awal revolusi.
"Apa kata dunia nanti?" kata aktor Deddy Mizwar yang memerankan Naga Bonar.
Lalu ada lagi percakapan menggelitik saat Bujang, rekan sekaligus Naga Bonar, tewas.
"Bujaaang. Bujaaang, sudah kubilang jangan bertempur, kau malah bertempur. Matilah kau bujaaang."
Nah, ternyata figur seperti Naga Bonar memang benar-benar ada. Sosok itu bernama Timur Pane. Timur Pane dulunya adalah raja copet di Kota Medan dan sekitarnya. Saat revolusi tahun 1945 hingga 1948, Timur Pane mengangkat dirinya menjadi jenderal.
Pasukan yang dipimpinnya diberi nama yang tak kalah gagah 'Legiun Penggempur Naga Terbang'. Banyak anggota pasukannya juga pencopet.
"Saat itu Timur Pane bergerilya di sekitar Tapanuli dan Sumatera Utara. Dia mengangkat dirinya menjadi jenderal. Tentu ini hanya diterima di kalangan anak buahnya, tidak di kalangan TNI yang resmi," kata sejarawan Petrik Matanasi saat diskusi di kantor merdeka.com, pekan lalu.
Timur bergerilya tahun 1945 hingga 1948, setelah itu tidak jelas kemana 'sang jenderal' ini menghilang. Namanya lenyap saat TNI mulai melakukan penertiban pangkat dan kesatuan di Sumatera Utara. Begitu juga dengan Legiun Penggempur Naga Terbang yang dipimpinnya. Bubar entah kemana.
"Pada masa itu, TNI di Sumatera tak sebanyak dan serapi di Jawa. Kondisi peperangan membuat banyak laskar di mana-mana. Enak saja orang pasang pangkat seenaknya. Kadang malah anggota laskar ini terlibat pertempuran dengan TNI daripada dengan Belanda, disiplin laskar juga rendah," kata Petrik.