Jika tak dihentikan, salon plus-plus bisa merusak generasi muda
Jika permasalahan ini tidak segera dihentikan maka ke depanya masalah sosial akan berdampak buruk bagi generasi muda.
Tempat pelayanan hiburan untuk memuaskan syahwat pria hidung belang seakan tidak pernah mati. Setelah menjamurnya pelayanan 'pijat plus-plus' dan tempat karaoke yang menyediakan gadis-gadis cantik, kini para pengusaha mulai merambah ke bisnis 'salon plus-plus'. Dengan berkedok salon kecantikan pada umunya, dimana mereka menyediakan gunting, hair dryer, dan alat-alat lainya, salon plus-plus ini juga menyediakan wanita-wanita penghibur untuk memuaskan nafsu para lelaki yang berkunjung dengan dalih memotong rambut.
Menanggapi hal ini, Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut ke berbagai tempat di wilayah Jakarta. Musni mengatakan jika permasalahan ini tidak segera dihentikan maka ke depannya masalah sosial akan berdampak buruk bagi generasi muda.
"Saya pernah mendengar yang seperti itu (salon plus-plus), salon itu berfungsi ganda sebagai tempat pelacuran dimana menyediakan tempat khusus untuk bercumbu. Menurut saya mesti ada pembelajaran dan pencerdasan dari tokoh-tokoh masyarakat, dan yang paling penting adalah orang tua selalu mengawasi kepada anaknya dan selalu peka akan kecenderungan perubahan sikap anak. Kalau bisa orang tua jangan memberikan uang jajan yang berlebih," Kata Musni, saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (2/11) malam.
Musni menjelaskan, menjamurnya tempat-tempat prostitusi seperti ini dikarenakan kencenderungan laki-laki hidung belang yang ingin mencoba sesuatu yang baru dalam mencari kepuasan seks. Apalagi dengan adanya tarif murah yang ditawarkan oleh para Pekerja Seks Komersil (PSK), maka fenomena seperti ini akan bertambah dengan berkedok usaha lainya.
"Ini kan penyakit masyarakat Jakarta, itu semua masih ada karena si peminatnya masih ada dan cenderung bertambah. Karena penikmat syahwat dari kalangan masyarakat bawah ya sanggupnya di situ. Sebenarnya ini bisa selesai jika ada perhatian khusus dari pemerintah." jelasnya.
Musni mengimbau agar pihak pemerintah, lebih peka lagi dalam menangani persoalan seperti ini. Dikatakan Musni, para PSK yang bekerja sebagai Kapster tidak bisa disalahkan atas apa yang diperbuatanya. Hal itu disebabkan karena minimnya lapangan pekerjaan yang diberikan pemerintah terhadap warganya.
"Tak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Karena setiap orang berhak memperjuangkan kelangsungan hidupnya. Itu karena kemiskinan yang buat mereka serba salah. Pingin kerja di formal pendidikan rendah, kerja di informal, nggak ada tempat nggak ada modal, jadi melakukan prostitusi lah yang dianggap tepat," tandasnya.