Jumlah guru di Indonesia cukup, tapi penyebarannya tidak merata
Banyak guru yang tidak mengajar sesuai jam kewajiban mengajar.
Direktur Direktorat Pendidikan Bappenas Amich Alhumami mengatakan, dari aspek tenaga pengajar sistem pendidikan di Indonesia masih memiliki ketimpangan. Masih terdapat jurang lebar dalam hal kesejahteraan guru di sejumlah daerah dibandingkan dengan daerah lainnya, yang membutuhkan solusi dan penanganan masalah yang merata dari pemerintah.
"Guru kita (jumlahnya) cukup, tapi tidak mengajar sesuai kebutuhan jam mengajar. Itu yang menyebabkan inefisiensi. Mereka kan dikasih gaji sama, antara guru yang mengajar 30 anak dengan guru yang hanya mengajar 15 anak misalnya," kata Amich dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8).
Amich juga menjelaskan, kualitas lembaga-lembaga pendidikan keguruan masih harus ditingkatkan lagi, agar kompetensi para guru di negara ini juga bisa menjadi lebih baik.
"Jadi, lembaga-lembaga yang menjadi pendidik para guru tersebut juga belum sepenuhnya menjadi pendidik yang baik. Problem bagi para gurunya juga ada di situ sebenarnya," ujarnya.
Amich menjelaskan, dari seluruh aspek pendukung dunia pendidikan, posisi guru sangat sentral walaupun bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan itu sendiri. Karena selain kompetensi guru, faktor kualitas kurikulum dan lingkungan si anak didik itu sendiri, menjadi aspek lain yang juga harus diperhatikan.
Sebab, lanjut Amich, anak didik di era ini dihadapkan dengan berbagai hal yang mempengaruhinya, mulai dari lingkungan tempat tinggalnya hingga pengaruh internet yang makin merajalela menyita waktu dan pikiran mereka.
Di situlah pengaruh tenaga pengajar terhadap objek didik (siswa), dihadapkan secara langsung dengan pengaruh lingkungan dan aktifitasnya di dunia maya (internet).
"Guru bukan faktor tunggal dari keberhasilan pendidikan, tapi posisinya sangat sentral. Karena yang disebut kurikulum itu kan barang mati, jadi dia hanya bisa berbunyi, jika diartikulasikan oleh guru yang baik," kata Amich.
"Tapi guru itu sendiri juga tidak sepenuhnya memainkan peranan, karena tergantung lingkungan si anak didiknya juga. Karena anak-anak itu kan juga ada pengaruh dari pergaulan dan internet. Di situlah guru mungkin tidak terlalu mampu bersaing dengan pengaruh seperti itu terhadap si anak," pungkasnya.
Diketahui, dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini dihadapkan pada berbagai dilematika dan persoalan yang tak kunjung usai. Dari kasus pemukulan orang tua terhadap guru, tawuran pelajar antar sekolah, bahkan hingga kontroversi sekolah sehari penuh (fullday school) yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Muhadjir Effendy.