Kapolri berdalih sita buku berbau komunis untuk sampel & dianalisis
Kapolri menegaskan, orang yang ditangkap karena mengenakan kaos palu arit sama dengan tertangkap tangan.
Institusi Kepolisian RI dan TNI dihujani kritikan pedas seiring aksi razia dan penyitaan sejumlah buku yang dianggap mengandung paham komunisme di berbagai daerah. Polisi dan tentara dianggap kebablasan mengartikan instruksi Presiden Joko Widodo.
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti berdalih, buku-buku yang disita hanya untuk sampel dan akan dianalisis.
-
Kapan razia terhadap PPKS dilakukan? Pemprov DKI Jakarta menindak tegas para PPKS tersebut dengan melakukan razia selama 9 Februari sampai 13 Maret 2023
-
Siapa yang mengapresiasi kolaborasi KPK dan Polri? Terkait kegiatan ini, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni turut mengapresiasi upaya meningkatkan sinergitas KPK dan Polri.
-
Bagaimana Rizki Natakusumah memulai karir politiknya? Pada tahun 2019, Rizki Natakusumah memulai karirnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada usia yang relatif muda, yaitu 25 tahun.
-
Mengapa komunisme muncul? Komunisme lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi pada abad ke-19.
-
Siapa Rizki Natakusumah? Rizki Natakusumah, yang juga dikenal sebagai suami Beby Tsabina, adalah anggota DPR-RI periode 2019-2024.
-
Apa yang diharapkan dari kolaborasi KPK dan Polri ini? Lebih lanjut, Sahroni tidak mau kerja sama ini tidak hanya sebatas formalitas belaka. Justru dirinya ingin segera ada tindakan konkret terkait pemberantasan korupsi “Tapi jangan sampai ini jadi sekedar formalitas belaka, ya. Dari kolaborasi ini, harus segera ada agenda besar pemberantasan korupsi. Harus ada tindakan konkret. Tunjukkan bahwa KPK-Polri benar-benar bersinergi berantas korupsi,” tambah Sahroni.
"Kalau buku-buku sudah diambil sampelnya, kemudian yang meneliti buku-buku itu memuat apakah ajaran-ajaran komunisme. Ini juga bagian dari operasi," ujar Badrodin kepada awak media di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Senin (16/5).
Kapolri membela anak buahnya dan personel TNI yang menangkap orang-orang yang mengenakan atribut dengan logo identik komunisme.
"Begini TNI menganggap bahwa orang yang menggunakan atribut-atribut Partai Komunis Indonesia (PKI) lambang palu arit itu dianggapnya tertangkap tangan tangan. Oleh karena itu boleh melakukan penangkapan," ucap Kapolri.
Dia membantah bahwa sweeping yang dilakukan TNI dan Polri sebagai bentuk aksi berlebihan. Bahkan Badrodin menjamin sweeping yang dilakukan anak buahnya tidak akan meresahkan masyarakat.
"Kalau sweeping itu bukan tertangkap tangan, kalau kami kalau sudah sampaikan bahwa teknis menyampaikan penyelidikan deteksi sehingga tidak meresahkan masyarakat yang berlebihan karena kami sudah membatasi," katanya.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo menginstruksikan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Jaksa Agung HM Prasetyo untuk menindak pelaku yang menyebarkan paham komunis dengan pendekatan hukum.
Sejak itu polisi dan TNI semakin gencar membubarkan melakukan penyitaan barang-barang yang dikaitkan dengan komunisme. Sebelum muncul instruksi itu, polisi dan TNI sudah berulang kali membubarkan diskusi, peluncuran buku hingga melarang pemutaran film.
Baca juga:
Usai sita buku The Missing Link G30S, polisi perketat penjualan buku
Ketegasan Jokowi saat TNI/Polri acak-acak yang berbau komunis
Kerasnya Menhan tak mau kompromi soal palu arit
Beda sikap Kapolri dan Menhan soal atribut palu arit
Telepon Kapolri & Panglima TNI, Jokowi minta tak ada sweeping PKI
Atribut palu arit beredar, Pangdam sebut komunis tak boleh hidup