Kapolri Sebut Praktik Korupsi di Semua Tingkatan: Banyak Kebocoran
"Masih terlalu banyak kebocoran, penyelenggaraan, korupsi, penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik, pejabat pemerintah," kata Kapolri.
Kepala Kepolirian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyoroti praktik korupsi yang ada di Indonesia. Menurutnya, korupsi terjadi di semua tingkatan.
"Masih terlalu banyak kebocoran, penyelenggaraan, korupsi, penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik, pejabat pemerintah ke semua tingkatan dan pengusaha nakal yang tidak patriotis," kata Listyo Sigit saat menghadiri acara Hari Antikorupsi Dunia (Hakordia) di PTIK, Jakarta Selatan, Senin (9/12).
Listyo Sigit memberikan arahan tegas soal penanganan kasus korupsi di institusi Bhayangkara. Dia mengatakan kasus korupsi merupakan kejahatan yang serius, yang juga menjadi perhatian khusus Presiden Prabowo Subianto.
"Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa korupsi tentunya menjadi perhatian khusus Bapak Presiden, dan beliau menyampaikan bahwa ini adalah masalah kejahatan ekstraordinari yang harus menjadi perhatian kita semua, seluruh stakeholder terkait, tidak hanya APH saja namun juga seluruh stakeholder yang memang memiliki tanggung jawab bersama," tutur Sigit.
Sigit bahkan menyebut masih banyak pihak berlatar belakang pejabat politik hingga pemerintah yang kerap nakal terlibat dalam pratik rasuah. Belum lagi adanya kebocoran terhadap penggunaan anggaran negara yang menjadi objek perkara rasuah.
Dalam kesempatan itu, Listyo Sigit mengungkapkan telah merilis dua buku pendidikan antikorupsi yang ditulis bersama dengan Satgassus Pencegahan antikorupsi Polri. Dia pun menyebut isi dalam buku tersebut seram.
Terdapat dua buku yang dikarang yakni berjudul 'Pendidikan Antikorupsi Transdisiplin'. Buku ini berisi pengalaman berbagai tokoh dalam pemberantasan korupsi.
Lalu buku kedua yakni 'Orang Baik Belajar Antikorupsi' (BOBA), di antaranya yang terlibat dalam penulisan buku tersebut adalah mantan Pimpinan KPK Bambang Widjojanto (BW) dan Wakil Kepala Satgassus Polri, Novel Baswedan.
"Kalau saya lihat, mungkin kalau bapak-bapak yang buku-buku sudah membaca isinya lumayan serem, lumayan serem," ungkap Sigit.
Kapolri menceritakan pada saat proses penulisan buku tersebut, dia mempersilakan kepada para interdisipliner lain ikut terlibat. Dia bahkan mengakui apa yang ditulis tersebut sangat kritis.
"Dalam latar kita sepakat itu kita berikan ruang yang seluas-luasnya, sehingga kemudian ya memang apa yang ditulis di buku ini kalau kita baca isinya pedes gitu," tuturnya.
Jenderal polisi bintang empat itu sempat memberikan kisi-kisi dari buku yang ditulisnya, yakni tentang para pelaku birokrat hingga institusi politik merupakan pelaku dari tindak pidana rasuah.
Pada akhirnya, Sigit menggarisbawahi dari tulisan tersebut merupakan pengalaman-pengalaman para tokoh yang pernah terlibat langsung dalam penanganan kasus korupsi di dalam negeri.
"Tentunya kita harus belajar dari pengalaman, dari peristiwa-peristiwa yang ada, sehingga kemudian ke depan kita bisa melakukan perbaikan-perbaikan," pungkas Sigit.