Kelaparan, ratusan monyet rampas buah & sayuran di Pasar Ciampea
Beberapa monyet juga sampai masuk ke dalam dapur rumah warga mencari makanan.
Ratusan monyet pegunungan Cibodas menyerbu pemukiman penduduk dan pasar di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Monyet ini diduga turun gunung karena kelaparan akibat musim kemarau panjang.
Fenomena alam ini terjadi sejak sepekan terakhir. Monyet liar yang diperkirakan lebih dari 100 ekor itu, terlihat berkeliaran mencari makan di Pasar Ciampea Indah yang jaraknya hanya beberapa meter dari gunung.
Kondisi tersebut dikeluhkan pedagang, karena tak sedikit komoditas sayur dan buah-buahan yang dijajakan hilang dan rusak. Menurut Sarjiman (60), warga setempat yang menjadi petugas toilet umum Pasar Ciampea Indah, mengatakan serbuan ratusan monyet yang datang secara berkelompok dengan berbagai ukuran.
"Peristiwa seperti ini jarang terjadi, meskipun pernah ada fenomena serupa tapi jumlahnya tidak terlalu banyak seperti sekarang ini. Tapi kali para kera datang dalam jumlah besar sampai ratusan," ungkapnya, Selasa (8/9).
Menurutnya, selain pasar, monyet liar tersebut juga mendatangi pemukiman warga di Kecamatan Chamber. Namun karena di Pasar Ciampea banyak makanan yang diperjualbelikan, sehingga pasar menjadi lokasi favorit.
Belum diketahui kerugian yang ditimbulkan akibat gangguan komplotan monyet hutan tersebut. Namun area serbuan atau gangguan terus meluas ke tiga desa yakni Cibadak, Banteng dan Desa Ciampea.
Sejumlah warga meyakini gangguan terjadi akibat kerusakan habitat kera di kawasan hutan Cibodas maupun pegunungan sekitarnya karena musim kemarau yang berkepanjangan. "Kami menduga monyet itu berasal dari hutan Cibodas. Mereka mencari makan dan air, karena kawanan monyet juga sering mandi di kali dekat pasar," ujarnya, Rahman, 45, tokoh masyarakat Ciampea.
Sejauh ini, kawanan monyet hanya mencuri buah dan sayuran di lapak pedagang. Bahkan ada beberapa kawanan monyet yang masuk ke dalam dapur warga sekitar pasar.
Sementara itu, Hidayat (28), warga Ciampea lainnya mengatakan serbuan kawanan monyet ini sering terjadi pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB serta sore hari sekitar pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Syafrudin (50) tokoh masyarakat Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik menyikapi fenomena ini. "Saya tinggal di sini sudah puluhan tahun pernah ada kejadian salah satu monyet mati ditembak oleh pemburu, itu malamnya ratusan bahkan hampir seribu monyet menyerang tenda pemburu tersebut sampai pemburu lari kocar-kacir," ujarnya.
Untuk itu, warga sekitar tidak ada yang berani membunuh monyet tersebut. Mereka meyakini bahwa ada monyet jadia-jadian di antara gerombolan monyet tersebut.
"Memang agak klenik tapi ini sudah jadi mitos di kalangan warga sejak dahulu. Saya melihat paling hanya berapa ratus ekor saja yang tinggal di hutan, namun waktu kejadian penyerangan dahulu itu kok jumlahnya bisa sampai seribu," ungkapnya.
Sementara warga Bojongrangkas lainnya, Siti Sofiah mengatakan sekali menyerbu, kawanan ini jumlahnya hingga sekitar 100 ekor, baik yang berukuran besar yang rata-rata adalah betina sambil mengendong anaknya.
"Tempatnya pindah-pindah. Sekali mereka menyerbu yang sini, di waktu lain mereka nyerbu yang sana. Favoritnya buah dan sayuran," tutur Siti, yang genting rumahnya rusak diserbu kawanan monyet liar.
Bila tidak dijaga, ungkap Siti, kawanan monyet ini biasanya menghabiskan makanan yang diambilnya di pemukiman dan pasar. Setelah itu mereka akan membawa serta sejumlah makanan di tangan mereka kembali ke tengah hutan yang jaraknya beberapa meter dari permukiman warga.
Kawanan monyet selalu dipimpin seekor monyet yang menurut pengamatan warga, adalah yang paling tua berbulu putih mirip uban dan cokelat seperti anggota kawanan yang lainnya.