Keluarga curiga manajer Waskita sengaja dibunuh, bukan murni perampokan
Keluarga curiga manajer Waskita sengaja dibunuh, bukan murni perampokan. Penyebab dan motif pembunuhan terhadap Manajer K3 PT Waskita Karya, Minggu Baharuddin (29) akhir Agustus lalu masih dipertanyakan keluarga. Keluarga berharap, polisi mengusut tuntas karena mereka dugaan dilatarbelakangi pembunuhan berencana.
Penyebab dan motif pembunuhan terhadap Manajer K3 PT Waskita Karya, Minggu Baharuddin (29) akhir Agustus lalu masih dipertanyakan keluarga. Keluarga berharap, polisi mengusut tuntas karena mereka dugaan dilatarbelakangi pembunuhan berencana.
Pengacara keluarga korban, Muhammad Yusuf menyebut keganjilan yang ditemukan dalam peristiwa itu di antaranya, korban tidak pernah melewati TKP setiap pulang dari tempatnya bekerja, adanya kejanggalan pengakuan dua tersangka dan barang bukti. Kemudian, kondisi luka dengan senjata tajam yang diklaim sebagai alat pembunuhan, serta banyak barang korban yang tidak diambil tersangka.
"Dari sini mestinya diselidiki lagi, motif sebenarnya apa, tidak mungkin murni begal. Motor, dompet, laptop korban tidak dibawa kabur, cuma handphone, ada apa ini," ungkap Yusuf, Minggu (24/9).
Menurut dia, korban tewas diperkirakan antara waktu Magrib dan Isya. Dari selembar nota yang ditemukan di tas, korban baru saja berfoto di studio Raflesia di Jalan Radial Palembang atau hanya sekitar lima menit dari TKP.
"Kalau penyidik berani, CCTV di studio itu bisa dibuka, bisa saja korban bersama seseorang atau ada yang membuntutinya. Sejauh ini tidak pernah diputar, keluarga pernah minta ke studio tetapi tidak diperkenankan," ujarnya.
Selain itu, kata dia, penyidik bisa juga meminta keterangan dari rekan kerja korban di PT Waskita Karya untuk mengetahui persoalan yang dihadapi korban dalam pekerjaannya. Jika ditemukan kejanggalan, bisa menjadi temuan baru bagi kepolisian.
"Bisa saja ada masalah di kantornya, itu bisa diungkap. Siapa tahu ada sesuatu yang terjadi," kata dia.
"Dua hari kemarin kami layangkan permintaan kami ini ke Polresta Palembang sebagai informasi dan petunjuk baru. Mudah-mudahan ada titik terang," sambungnya.
Sementara itu, kakak korban, Hasbi (32) menduga kematian korban bukan karena perampokan, tetapi sengaja dibunuh seseorang dengan menyuruh orang lain. Apalagi, beberapa jam sebelum tewas korban sempat ingin berhenti dari PT Waskita Karya.
"Kalau dilihat dari kejadiannya, kami menduga pembunuhan berencana. Nah, siapa otak pelakunya kita serahkan ke penyidik," terangnya.
Dia menambahkan, polisi juga harus mencocokkan luka di tubuh korban dan carter yang menjadi alat bukti. "Ada delapan luka tusuk besar-besar sampai tembus. Tidak mungkin senjata jenis carter bisa membuat seperti itu," pungkasnya.
Diketahui, korban yang juga mantan dosen Universitas Sriwijaya Palembang itu ditemukan tergeletak dengan banyak luka tusuk di depan eks bioskop Cineplex Cinde Palembang 28 Agustus 2017 malam. Di sampingnya masih terdapat sepeda motornya, tas berisi laptop, dompet, dan hanya HP yang hilang.
Dari penyelidikan, polisi meringkus dua pelaku. Tersangka pertama berinisial MA (16) yang ditangkap saat magang di salah satu mal di Palembang. Dari pengakuannya, tersangka MA nekat membunuh korban secara spontan. Awalnya, dia ribut dengan pemotor di lokasi pada malam hari. Tak lama kemudian, korban melintas menggunakan sepeda motor dengan kecepatan tinggi di lokasi.
Tersangka pun mengira korban adalah orang yang cekcok dengannya. Dia mengejar dan begitu sudah mendekat, tersangka langsung menusuk korban dengan carter yang dia temukan di sekitar TKP.
Selang beberapa hari, polisi kembali meringkus pelaku lain berinisial FK (14). FK berdalih pada saat kejadian mereka sengaja mencari mangsa untuk dibegal. Pengakuan FK ini bertolak belakang dengan keterangan tersangka MA yang lebih dulu diringkus.