Keluarga senang Marfungah yang ikut Gafatar segera dipulangkan
Mereka siap menerima Marfungah saat kembali ke Banyumas.
Anggota keluarga Marfungah, anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Banyumas, Jawa Tengah, mengaku antusias menyambut kembali kedatangan sanak saudaranya. Marfungah beserta keluarganya menghilang mengikuti hijrah anggota Gafatar lainnya, ke wilayah Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu.
"Baru tahu kalau informasinya Marfungah dan keluarganya sudah mau dipulangkan ke Banyumas. Padahal, waktu itu bilangnya ke Sulawesi, tetapi ternyata ada di Kalimantan," kata kakak kandung Marfungah, Latifah, di Desa Dawuhan, Kamis (21/1).
Sementara pihak keluarga Marfungah di Desa Dawuhan, Banyumas, menyatakan siap menerima adiknya dan keluarganya kembali ke Banyumas. Meskipun sempat khawatir melihat pemberitaan soal pembakaran pemukiman anggota Gafatar di Kalimantan, tetapi saat ini Latifah sangat tenang. Dia juga tidak menyangka jika keluarga Marfungah ada di Kalimantan.
Latifah mengatakan kepergian Marfungah dan keluarganya yang mendadak sempat membuat anggota keluarga lainnya terkejut. Menurutnya, Marfungah dan keluarganya pamit kepada tetangga dan orangtuanya pergi ke Sulawesi buat pindah tugas sebagai pegawai negeri sipil. Setelah ramai pemberitaan tentang Gafatar, membuat lingkungan tempat tinggalnya mengetahui alasan kepergian sang adik.
"Setelah tahu, orangtua kami khawatir, karena selalu menanyakan kondisi cucu-cucunya. Bahkan, ibu berharap mereka pulang dengan selamat. Tak hanya itu, saking khawatirnya, ibu sempat meminta saya untuk mentransfer uang untuk Marfungah," lanjut Latifah.
Suami Latifah, Mislam, berharap keluarganya bisa berkumpul kembali. Selain itu, dia ingin keluarga Marfungah sadar dan bisa menjalani aktivitas kembali seperti dulu.
"Kalau sudah bakar-bakaran gitu, kita yang khawatir. Hingga sekarang belum ada yang kasih kabar," kata Mislam.
Tetangga Marfungah, Masitoh, mengungkapkan hal sama. "Kalau bisa kembali, kami senang sekali. Keluarga senang, tetangga pun senang, dan kita akan menerimanya, karena yang diharapkan memang bisa pulang. Apalagi kita bisa dibilang tinggal se-atap," kata Masitoh.
Sebelum hijrah ke Kalimantan Barat, Marfungah tercatat sebagai PNS di RSUD Banyumas golongan 3B. Marfungah bekerja sebagai kasir di RSUD Banyumas selama 19 tahun. Kemudian, kabar mengejutkan datang pada 26 November 2016 silam. Marfungah menghilang dan tidak masuk kerja selama beberapa lama. Bahkan teleponnya sulit dihubungi. Hingga akhirnya muncul pemberitaan, Marfungah dan keluarganya mengikuti Organisasi Gafatar yang membangun kamp di Mempawah, Kalimantan Barat.