Kepada Capaja TNI-Polri, Kapolri Beberkan Potensi-potensi Perpecahan Bangsa
Semisal tokoh pahlawan super. Tito meyakini banyak dari masyarakat Indonesia lebih mengenal seluk beluk tokoh pahlawan super luar negeri seperti Superman, Batman, Spiderman ketimbang Gundala, Si Buta dari Gua Hantu.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengisi pembekalan terhadap 781 calon praja TNI-Polri di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Di hadapan para capaja, ia mengingatkan potensi-potensi perpecahan dalam berbangsa, salah satunya penetrasi budaya.
Semisal tokoh pahlawan super. Tito meyakini banyak dari masyarakat Indonesia lebih mengenal seluk beluk tokoh pahlawan super luar negeri seperti Superman, Batman, Spiderman ketimbang Gundala, Si Buta dari Gua Hantu.
-
Bagaimana Panglima TNI menanggapi lagu yang dinyanyikan bersama Kapolri? Senada dengan Kapolri, Panglima TNI Agus Subiyanto pun mengaku punya cerita indah tentang lagu tersebut. Menurut pengakuannya, lagu tersebut mengingatkannya pada masa-masa pacaran saat taruna.
-
Apa kejutan yang diberikan prajurit TNI kepada Kapolres Tuban? Kapolres Tuban tiba-tiba diangkat oleh para prajurit TNI sebagai bentuk perayaan yang meriah. Selain itu, kue ulang tahun yang seharusnya dipotong dan dibagi pun akhirnya mendarat ke wajah Kapolres dengan sangat belepotan.
-
Kapan M. Hasan menjabat sebagai Kapolri? Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Mohamad Hasan adalah seorang Kepala Kepolisian Republik Indonesia di era Orde Baru (1971-1974) dan pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Malaysia dari tahun 1974 hingga 1978.
-
Kapan Ari Dono Sukmanto menjabat sebagai Kapolri? Dia menjabat antara 23 Oktober 2019 hingga 1 November 2019 alias 1 pekan 2 hari.
-
Kapan HUT Korps Marinir TNI AL diperingati? Setiap tanggal 15 November diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Korps Marinir TNI AL.
-
Kapan wisuda anggota Polri di Turki? Acara tersebut diselenggarakan pada 26 Juli 2023 waktu setempat.
"Budaya saja sudah dipenetrasi. Itu ancaman bagi bangsa. Itu kira-kira potensi perpecahan bangsa kita yang harus kita waspadai," ujar Tito, Jakarta, Jumat (12/7).
Bukan menolak hadirnya para tokoh pahlawan super fiktif asing, namun ia mengimbau masyarakat kritis tepat tidaknya kultur dan pemahaman heroisme mereka yang dibawa lewat tokoh tersebut. Ia menambahkan, negara dalam hal ini juga patut dikritisi.
"Kita harus tanya dulu. Apakah perjalanan pembangunan bangsa sudah ada pada trek yang benar? Untuk mengangkat kesejahteraan rakyat?" ujarnya.
Selain penetrasi budaya, Tito juga menyebut dua faktor penyebab terjadinya pecah konflik, yakni faktor internal dan eksternal. Dari faktor internal, konflik bisa terjadi karena masyarakat kelas menengah belum mampu mendominasi segala sektor. Padahal, negara kuat adalah negara yang masyarakat kelas menengah memiliki peran dominan seperti ketahanan ekonomi.
"Kita harus jujur, kita belum mampu membuat bangsa kita dalam demografinya didominasi oleh kelas menengah, contoh Singapura, masyarakat kelas menengah mereka dominan," ujar Tito.
Tidak hanya menengah di sisi ekonomi, ia juga mengingatkan agar masyarakat juga dewasa dalam berpolitik dan demokrasi. Jika faktor internal tercukupi, secara otomatis potensi perpecahan konflik akan mengecil.
"Dewasa dalam berdemokrasi, potensi konflik jadi lebih rendah karena kecukupan," tegasnya.
(mdk/rhm)