Kerukunan warga Kaliori dalam wajah Seribu Hanoman
Kerukunan warga Kaliori dalam wajah Seribu Hanoman. Gerakan-gerakan yang lincah juga menggambarkan keuletan warga desa dimana satu dan yang lain tak sungkan untuk saling menolong dalam menjalani hubungan sosial.
Menarikan Rampak Hanoman, 1000 sosok kera putih memenuhi sepanjang jalan dari Lapangan Garuda di desa Kaliori ke Bukit Hanoman di kompleks bumi Perkemahan Kendalisada pada Minggu (24/9). Sosok-sosok kera putih itu adalah Hanoman, tokoh pewayangan yang dikeramatkan di desa tersebut.
Koreografer tari Rampak Hanoman, Resi Aji Susilo mengatakan tarian tersebut yang menonjolkan pada gerakan-gerakan sederhana menggambarkan warga desa yang berperilaku lugu dan mengedepankan kerukunan. Gerakan-gerakan yang lincah juga menggambarkan keuletan warga desa dimana satu dan yang lain tak sungkan untuk saling menolong dalam menjalani hubungan sosial.
"Tari ini memang secara khusus saya kreasikan untuk Kendalisada Art Festival. Di salah satu acara yakni 1000 Hanoman, saya ingin menyampaikan sifat lugu dan kerukunan warga desa," kata Resi saat ditemui merdeka.com di kompleks bumi Perkemahan Kendalisada, Minggu (24/9).
Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini mengatakan mempersiapkan tarian Rampak Hanoman selama satu bulan. Ia berlatih kekompakan tarian bersama 20 warga Kaliori yang kebanyakan masih berstatus pelajar. Menurutnya, antusiasme warga Kaliori menggelar gelaran seni ini sangat besar terlihat dari berbondong-bondongnya warga menyanggupi ajakan festival kostum dan koreografi seribu hanoman.
Warga desa Kaliori sendiri yang terlibat dalam festival tersebut kurang lebih 565 orang berdandan ala Hanoman dengan rincian 113 rukun tetangga minimal mengirimkan lima orang. Jumlah ini masih bertambah dengan peserta dari sekolah, perusahaan setempat sampai instansi.
Ketua Panitia 1000 Hanoman, Syarif Susanto mengatakan bukit Kendalisada dipercaya warga setempat sebagai tempat pertapaan Hanoman. Ia mengatakan kera putih Hanoman adalah simbol tentang makhluk yang meski buruk secara rupa namun punya kemulian hati. Kegiatan ini ditujukan untuk menyampaikan nilai-nilai budaya lewat pemaknaan karakter tokoh Hanoman yang perilakunya dapat dijadikan tunjuk ajar pada banyak orang hari ini.
"Kami berharap festival ini bisa jadi bagian wisata budaya di Kendalisada tiap tahunnya. sehari sebelum kegiatan ini, memang ada peristiwa yang cukup aneh. Di bukit Kendalisada tiba-tiba muncul kera. Saya kira ini pertanda baik," kata Syarif.