Ketum PBNU ikut-ikutan kritik kinerja menteri ekonomi Jokowi
Menurut Aqil, salah satu indikatornya yakni nilai tukar rupiah yang merosot hingga tembus Rp 13 ribu per dolar AS.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj angkat bicara terkait wacana perombakan Kabinet Kerja dalam pemerintahan Jokowi-JK. Menurut Said Aqil, memang ada beberapa menteri dalam Kabinet Kerja memiliki kinerja cukup lemah sehingga tidak mampu memberikan hasil signifikan pemerintahan.
"Ada beberapa menteri yang lemah, terutama tim ekonomi," kata Said Aqil usai pembukaan Pra-Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) zona Sumatera di Pesantren Al-Kautsar Medan, Minggu (17/5). Seperti dilansir Antara.
Said Aqil mengatakan, ada banyak indikator menunjukkan lemahnya kinerja tim ekonomi dalam Kabinet Kerja, seperti nilai tukar rupiah yang merosot hingga tembus Rp 13 ribu per dolar AS. Kemudian, dengan terus menurunnya daya beli dan bertahan mahalnya harga berbagai bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat.
"NU sudah sering menyampaikan rekomendasi (tentang kebijakan ekonomi itu)," ujar dia.
Menurut dia, beberapa rekomendasi dari NU tersebut telah dijalankan pemerintah, seperti penghapusan broker-broker raksasa dalam berbagai kebijakan ekonomi nasional.
"Sekarang sudah dimulai. Seperti Petral di Singapura yang dibubarkan. Gus Dur dulu sempat mau membubarkan, tetapi belum dalam kondisi kuat," kata dia.
Meski demikian, mengenai mengenai reshuffle, pihaknya menyerahkan kewenangan penuh kepada Presiden Joko Widodo yang memiliki hak prerogatif, termasuk jika mengganti kader NU yang ada dalam kabinet. "Itu hak Presiden, terserah presiden, tidak ada upaya kita (untuk melobi)," pungkas dia.