Kisah Citra & Gita hidup tersiksa malah akan digugat pengurus panti
Karena tak mendapat perhatian dari pengurus panti, teman-teman Gita yang juga penghuni panti berinisiatif membeli sampo kucing, dan mengeramasi rambut Gita.
Lima tahun lalu, Nunuk Arumi (43), asal Gresik, Jawa Timur ini berharap dua putrinya yang bernama Citra Putri Aryono (13) dan Gita Ramadan Putri Aryono (12), bisa sekolah dan terawat saat dititipkan di Panti Asuhan Darrul Mushthofa, Surabaya. Namun yang terjadi malah sebaliknya, dua putrinya itu justru tak terurus.
Dikisahkan perempuan yang tinggal di daerah Bambe, Kecamatan Driyorejo ini, bahwa dia memiliki empat orang anak. Untuk menghidupi keluarganya, karena berstatus single parent, dia terpaksa bekerja serabutan.
Medio 2012, Nunuk tak kuasa 'melawan' himpitan ekonomi keluarganya. Saat itu Gita, anak keempatnya, baru lulus Taman Kanak-kanak (TK). Diapun berinisiatif menitipkan anaknya ke panti asuhan, dengan harapan anaknya bisa sekolah lebih tinggi.
Pilihan Nunuk adalah menitipkan Gita di Darrul Mushthofa. Sebab, pengelola panti asuhan di Jalan Gogor V/29 Jajartunggal, Kecamatan Wiyung ini menjanjikan akan merawat dan menyekolahkan anaknya.
Selain menitipkan Gita ke panti asuhan, di tahun yang sama, dia juga menitipkan anak ketiganya, Citra Putri Aryono. "Keadaan ekonomi di rumah tak mencukupi," kata Nunuk, Rabu (19/7).
Seiring perjalanan waktu, Gita kini duduk di bangku kelas IV SD. Dia sekolah di MI Baiturrahman, Kedurus. Sementara Citra, kakaknya, bersekolah di SMP Siti Aminah, Gunungsari. "Citra naik kelas II, tapi kenaikannya bersyarat," ucap Nunuk.
Selama kurun waktu itu, ternyata Gita tidak mendapat perawatan laik. Terlebih, kebersihan di panti sangat buruk. Sudah berbulan-bulan, rambut Gita penuh kutu. Karena gatal, dia terus menggaruk kepalanya hingga kulit penuh luka.
Gita merawat sendiri luka di kepalanya. Sesekali, anak-anak lain penghuni panti yang lebih dewasa membantunya. Pernah suatu hari, Gita mengeluhkan. Karena tak tahan dengan gatal di kepalanya.
Kemudian, karena tak mendapat perhatian dari pengurus panti, teman-teman Gita yang juga penghuni panti berinisiatif membeli sampo kucing, dan mengeramasi rambut Gita.
Meski sudah dikeramasi dengan sampo kucing, kutu di kepala bukannya berkurang dan makin menambah derita: sakit dan makin menjadi. Akibatnya, kepala Gita penuh borok dan bernanah.
Bocah 12 tahun yang tak terawat di panti asuhan ©2017 merdeka.com/moch andriansyah
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Apa yang dilakukan Anies dan Cak Imin di Surabaya? Baru-baru ini, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengumumkan deklarasi sebagai pasangan Capres dan Cawapres 2024. Deklarasi itu diumumkan pada Sabtu, (2/9) di Hotel Majapahit, Surabaya.
-
Kapan peristiwa penting yang terjadi di Surabaya yang memicu peringatan Hari Pahlawan? 10 November tahun 1945 silam, sebuah peristiwa penting terjadi di tanah Surabaya. Para pemuda rela bertempur menghadapi tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
-
Apa yang menjadi ciri khas oleh-oleh dari Surabaya? Sambal Bu Rudy menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Surabaya.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
Peristiwa itu terungkap, seperti diceritakan Nunuk, ketika Gita pulang ke rumahnya di Bambe pada libur lebaran lalu. Si ibu melihat anaknya menjadi pemurung. Bau tak sedap juga tercium dari kepala puterinya. "Anaknya berjilbab jadi tak terlihat rambutnya," kata Nunuk.
Nunuk kaget ketika Gita membuka jilbab, dan memperlihatkan luka di kepalanya yang sudah bernanah. Kemudian Gita menceritakan kisah sedihnya di panti.
Tak tega melihat anaknya didera sakit, Nunukpun memeriksakan kondisi kesehatan anaknya ke Puskemas dan rumah sakit. Hasilnya, selain mengalami luka bernanah, Gita juga didiagnosa kekurangan gizi.
"Dokter yang memeriksa lukanya juga menyebut ada benjolan di kepala Gita yang harus dioperasi," ungkapnya.
Tak jauh beda dengan nasib adiknya, Citra yang duduk di bangku kelas dua SMP juga sempat tak bisa mengikuti ujian kenaikan kelas. Karena masih memiliki tunggakan SPP Rp 1.775.000.
Pihak sekolah memberikan keringanan. Citra diperbolehkan mengikuti ujian untuk 4 mata pelajaran. Padahal untuk bisa naik kelas, Citra harus mengikuti ujian dengan 8 mata pelajaran.
Dengan kondisi yang dialami kedua anaknya ini, Nunuk mengatakan mulai mencium gelagat tak beres dalam pengelolaan panti sejak setahun terakhir. Empat tahun sebelumnya panti asuhan cukup baik merawat anak-anak.
Dari cerita kedua anaknya itu, Nunuk juga mengetahui kalau panti mengurangi jatah lauk untuk anak-anak. Contoh lainnya, masih cerita Nunuk, Ramadan lalu anak-anak, masih biasa mendapat uang santunan ketika datang ke kegiatan amal.
Pada tahun sebelumnya, panti meminta sebagian uang itu dan menyimpannya untuk uang saku harian anak-anak di lain hari. "Tapi tahun ini diminta semua dan anak-anak tak dikasih," sesalnya.
Untuk selanjutnya, Nunuk mengaku, berencana memulangkan anak-anaknya dari panti. Dan sudah disampaikan ke pengelola panti terkait rencana tersebut. "Saya memang orang tak punya," kata dia.
"Tapi kalau melihat anak saya seperti itu lebih baik saya rawat sendiri meski hidup seadanya."
Sementara pengelola Panti Asuhan Darrul Mushthofa, Lasni Mulyani Rahayu, kata Nunuk lagi, berkukuh tak mau melepas Gita dan Citra. Bahkan mengancam akan menyeretnya ke meja hijau, jika tetap ngotot tak mengembalikan Citra dan Gita ke panti asuhan. "Padahal anak-anak saya terlanjur trauma di sana (panti)," tutupnya sedih.
Baca juga:
Nestapa juru parkir jual ginjal demi biaya sekolah anak
Digusur dan dituduh penadah saat urus panti asuhan warisan orangtua
Meratapi anak-anak korban konflik Yaman derita kolera
Hidup merana bayi umur setahun menderita hydrocephalus
Istri kabur, buruh di Bandung urus anak berkebutuhan khusus sendiri