Kisah pertemuan Wagini anak genderuwo dengan Eyang Ratih
Awal bertemu, Eyang Ratih mengira Wagini adalah mahluk halus, sehingga dibacakan sejumlah ayat suci Alquran.
Bisikan gaib menjadi pintu masuk bagi Eyang Ratih untuk bertemu dengan Wagini anak genderuwo asal Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Kala itu Wagini yang berusia 12 tahun hidup seorang diri.
Pedangdut yang juga praktisi supranatural Ageng Kiwi mengisahkan jika Eyang Ratih sering mendapat perintah untuk mendatangi tempat-tempat tertentu seperti gunung dan hutan. Di tempat-tempat itu Eyang Ratih bersemedi untuk memohon petunjuk.
"Pas ke Banyuwangi, kampung Wagini, eyang lihat sosok manusia aneh tidak bisa ngomong," ujar Ageng kepada merdeka.com, Senin (13/5).
Pada Jumat (10/5), Ageng Kiwi tampil dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7 bersama Wagini dan pengasuhnya Eyang Ratih. Kini, video acara itu paling banyak dicari orang di situs berbagi video YouTube.
Awal bertemu, kata Ageng, Eyang Ratih mengira Wagini adalah mahluk halus, sehingga dibacakan sejumlah ayat suci Alquran. Tetapi Wagini tetap tidak mau pergi, malahan memberi sinyal ingin terus ikut Eyang Ratih.
"Wagini nangis minta ikut. Eyang melihat kalau Wagini anak baik," tuturnya.
Menurut Ageng, Eyang Ratih yang memiliki nama asli Tuti memang memiliki kelebihan spiritual seperti mengobati orang sakit. Dengan kelebihan itu, Eyang Ratih dengan telaten mengasuh dan mengajari Wagini.
"Sudah hampir 15 tahun Wagini diasuh oleh Eyang Ratih," tandasnya.
Guru besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Wimpie Pangkahila menyangkal semua cerita itu. Dia menjelaskan, tidak mungkin ada anak genderuwo yang disebut-sebut buah hubungan percintaan antara manusia dengan genderuwo.
"Kalau orang mirip genderuwo iya. Saya kira berita itu tidak benar, itu pembodohan," katanya ketika dihubungi merdeka.com, Senin (13/5).
Wimpie menjelaskan, tidak pernah ada cerita secara ilmiah bahwa genderuwo memiliki anak hasil hubungan badan dengan manusia. Kemungkinan yang ada, kata dia, anak itu mungkin cacat fisik, berwajah buruk, kurang gizi atau memiliki kelainan fisik.
"Nah itu lho yang saya kira sangat membodohi masyarakat. Kasihan dia," tandasnya.