Kisah Putri Bahari selamatkan penyu yang hendak makan plastik
Sampah plastik dikira ubur-ubur.
Adithiyasanti Sofia, Putri Bahari 2012 memiliki kisah miris tentang seekor penyu yang nyaris makan plastik di laut Bali. Si penyu menyangka sampah plastik sebagai ubur-ubur, makanan hewan-hewan laut.
"Populasi penyu Indonesia terancam karena banyak yang makan plastik. Mereka mengira plastik itu ubur-ubur," tutur Adithiyasanti Sofia kepada merdeka.com di sela jumpa pers pameran Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik di Museum KAA, Bandung, Kamis (21/4).
Perempuan berusia 27 tahun yang pernah mengenyam pendidikan SD dan SMP di Bandung ini menuturkan, kejadian yang pernah dialaminya saat upaya konservasi penyu di Bali tahun 2013.
"Waktu itu saya berusaha penyelamatan penyu yang siap-siap mau makan sampah plastik. Saya berlomba dengan penyu itu mengambil plastik, saat plastik itu saya dapatkan, si penyu menoleh ke saya, mungkin dia bertanya kenapa saya mengambil makanannya," cerita perempuan yang akrab disapa Dithi.
Perempuan yang hobi olah raga laut diving dan snorkeling ini menambahkan, kejadian itu berlangsung saat dia melakukan diving di Denpasar, Bali.
Lokasi penemuan penyu sendiri cukup jauh dari objek wisata. "Tapi sampah sudah lewat ke daerah situ. Berarti jumlahnya dan arusnya membawa sampahnya cepat tersebar dan merusak lingkungan sekitar Bali," katanya.
Menurutnya, jika hewan laut dibiarkan makan plastik, lama-lama mereka akan mati. Dia juga sudah menemukan anjing laut, paus, hiu, lumba-lumba, kura-kura yang mati karena kebanyakan makan sampah plastik.
"Sampah plastik dikira mereka ubur-ubur," jelasnya.
Dia pun menyambut baik uji coba kebijakan kantong plastik berbayar. Kebijakan ini pastinya menuai pro dan kontra. Sebabnya, akan mengubah masyarakat yang sudah biasa hidup dengan kantong plastik. Tidak mudah mengubah kebiasaan atau budaya plastik, perlu proses yang bertahap dan serius.
Rencananya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan menerapkan kebijakan tersebut Juni nanti. Dithi berharap kebijakan tersebut jadi diberlakukan.
"Jangan terlalu lama coba-cobanya, harus segera ditetapkan. Karena kalau ada proses perubahan prilaku laku kemudian ditarik nantinya malah akan antipati. Kebijakan itu harus terus dikawal masyarakat dan komunitas," katanya.