Kominfo: Penyampaian Pesan Sederhana soal Covid-19 Jadi Tantangan Komunikasi publik
Informasi menjadi salah satu sisi yang turut memberikan kontribusi dalam penanganan Covid-19. Sebab tidak hanya menjadi corong untuk menginformasikan tindakan dan kebijakan pemerintah, melainkan juga menjadi sarana edukasi kepada masyarakat.
Dua bulan sudah Indonesia berperang melawan pandemi Covid-19. Sejak kasus pertama diumumkan presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 lalu, semua elemen masyarakat dan pemerintah berupaya memutus mata rantai penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 tersebut.
Informasi menjadi salah satu sisi yang turut memberikan kontribusi dalam penanganan Covid-19. Sebab tidak hanya menjadi corong untuk menginformasikan tindakan dan kebijakan pemerintah, melainkan juga menjadi sarana edukasi kepada masyarakat.
-
Apa yang dikatakan Menteri AS tentang Kominfo dalam berita hoaks yang beredar? Judul berita itu mencatut situs berita Liputan6.com, berjudul; "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina."
-
Kenapa Kominfo fokus menangani hoaks kesehatan? Isu yang berkaitan dengan penyebaran Covid-19 masih mendominasi dalam kategori ini. Selain itu ada banyak informasi yang menyesatkan berkaitan dengan obat-obatan dan produk kesehatan.
-
Apa yang diproyeksikan oleh Menkominfo terkait AI di Indonesia? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, mengatakan Artificial Intelligence (AI) memiliki peran besar dalam mengubah lanskap industri telekomunikasi. Kata dia, pada 2030 mendatang, diproyeksikan kontribusi AI terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global mencapai USD 3 triliun.
-
Kenapa Dirjen APTIKA Kominfo mundur? Keputusan itu diambil sebagai bentuk tanggung jawab moral atas insiden penyanderaan data di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 Surabaya.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Widodo Muktiyo mengungkapkan sejak Covid-19 merebak di tanah air, pihaknya terus berupaya memberikan berbagai informasi. Salah satunya agar masyarakat memahami Covid-19.
"Komunikasi sangat penting bangsa Indonesia jumlahnya banyak sekali tersebar di berbagai pulau ada yang di kota ada yang di pelosok, sampai dengan yang terpencil oleh sebab itulah maka memberikan informasi supaya semua masyarakat Indonesia paham," kata dia, dalam diskusi, Rabu (13/5).
Lantas bagaimana perkembangan pemahaman masyarakat tentang Covid-19 setelah dua bulan?
Dia menjelaskan pada awalnya memang masyarakat belum tahu banyak soal virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China itu. Masyarakat juga belum percaya bahwa Covid-19 sudah masuk ke Indonesia.
"Setelah percaya, karena percayanya belum utuh, panik bukan hanya dalam diri kita tapi pada perilaku ekonomi juga ada panik buying yang beli macam-macam," ujar dia.
Tentu tak dapat dipungkiri bahwa Covid-19 membuat masyarakat menjadi stres. Hal inilah yang harus segera ditangani. Sebab, sebagaimana yang diketahui, kondisi psikologis berpengaruh pada penyebaran Covid-19. "Itu akan menimbulkan imunitasnya menurun, rentan terhadap bahaya kena virus Corona ini," jelas dia.
Seiring berjalannya waktu dan berbagai upaya sosialisasi dan edukasi, masyarakat akhir mulai memahami Covid-19. Mereka pun sudah mulai tenang dalam menghadapi Covid-19. "Sekarang sudah mulai mengarah pada situasi sudah paham sudah bisa tenang," terang dia.
Namun, upaya edukasi tidak berhenti. Hal ini mempertimbangkan penyebaran Covid-19 yang cepat dan kenyataan sosial yang dinamis. Misalnya soal larangan mudik. Meskipun masyarakat sudah bisa memahami Covid-19, tapi harus diakui bahwa sulit bagi mereka untuk menahan diri agar tidak mudik.
"Hari-hari ini dinamika event yang sangat kuat adalah tidak mudik nah ini menjadi situasi yang menarik dalam dirinya ada satu keinginan tapi harus mengerti situasi ini akan merugikan semua kita nah ini dinamikanya lain lagi," paparnya.
"Jadi bagaimana kemudian protokol komunikasi membuat pesan-pesan di semua channel di media konvensional TV Radio di media sosial web dan sampai pada media influencer yang anak-anak muda kaum milenial di situlah tantangannya," imbuh dia.
Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas komunikasi dan informasi publik, lanjut Muktiyo, Kemenkominfo ingin masyarakat sungguh paham kenapa mereka tidak boleh mudik.
"Pikiran itu kan tidak hanya kognitif tapi juga afeksi sampai pada mengikuti proses psikomotoriknya dengan suka hati. Bahkan kami di pesan-pesan mudik ya bisa ditunda diundur besok akhir tahun dan lainnya tapi kadang-kadang ini pesan yang pas pesan sederhana yang mudah dimengerti dari berbagai stratifikasi masyarakat ini yang menjadi tantangan di komunikasi publik," tandasnya.
Baca juga:
Kominfo Sebut Penyebaran Hoaks di WhatsApp Grup Paling Berbahaya
Kominfo Catat 554 Kasus Hoaks Terkait Virus Corona, 89 Sudah Tersangka
CEK FAKTA: Tidak Benar Aplikasi Peduli Lindungi Rawan Phising dan Malware
Zoom Rawan Diretas Hacker, Kominfo Ingin Buat Aplikasi yang Lebih Aman
CEK FAKTA: Hoaks Penutupan Jalan di Jakarta Cantumkan Website Kementerian Kominfo
Kemkominfo sebut Terapkan Kerja Dari Rumah