Lepas dari belenggu warga, Kejora kini kembali ceria
Kejora kini perlahan mulai pulih, usai dirantai selama enam bulan.
Keceriaan terlihat di perilaku orangutan kalimantan sub spesies kalimantan tengah (Pongo Pygmaeus Wrumbii), Kejora. Sebelumnya dia dirantai warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, selama enam bulan.
Kini, Kejora bersama lima bayi orangutan lainnya berada di sekolah hutan khusus bayi orangutan, di Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Nyaru Menteng.
Kejora, sebelumnya disita tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng dari tangan warga Palangkaraya, 1 Februari lalu. Saat itu, kondisinya memprihatinkan lantaran dirantai baja selama 6 bulan.
Oleh BKSDA Kalteng, Kejora diserahkan ke program reintroduksi Yayasan BOS Nyaru Menteng buat direhabilitasi. Di lokasi BOS Nyaru Menteng, Kejora menjalani karantina sebagai bagian dari program rehabilitasi.
"Dari pemeriksaan medis lengkap, ada ditemukan luka bekas goresan benda tajam di dahi dan luka bekas rantai besi di kedua sela paha kaki kiri dan kanannya," kata juru bicara yayasan BOS Nyaru Menteng, Monterado Fridman, dalam perbincangan bersama merdeka.com, Rabu (17/2) sore.
Yang memprihatinkan, usai masuk rehabilitasi, saat itu juga terlihat trauma mendalam terhadap setiap orang baru yang mendekatinya. Selain itu, Kejora juga dideteksi mengidap demam berdarah dan cacingan.
"Dia ketakutan, akan bergerak mundur ke belakang seolah mencari tempat berlindung, bersembunyi. Juga terdengar suara tangisan dia (Kejora)," ujar Fridman.
Hari demi hari, program rehabilitasi terhadap Kejora berbuah hasil. Luka-luka yang didapatnya telah mengering. Dia juga sanggup menggerakkan anggota tubuhnya dengan bebas. Akhirnya, pada 12 Februari, dia masuk sekolah khusus bayi orangutan dan tergabung dalam grup baru, menjalani karantina lanjutan dan adaptasi lingkungan.
bayi orangutan Kejora ©2016 dok BOS Nyaru Menteng
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kapan video orangutan kurus itu viral? Viral video 28 detik memperlihatkan dua Orangutan induk dan anaknya dalam keadaan kurus beredar sejak Rabu 20 September 2023 di grup WhatsApp maupun media sosial.
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Bagaimana orang utan itu terlihat raksasa dalam video? Dalam beberapa sumber, video orang utan raksasa tersebut terkesan dibuat-buat dan efek dari sudut pengambilan gambar sehingga tampak raksasa.
"Kejora bersama bayi lainnya yang masuk BOS pada tanggal 3 dan 4 Februari lalu. Seperti orangutan jantan Kalanis usia 5 bulan, bayi orangutan betina Timpah usia 2 tahun, dan Talaken bayi jantan usia 5 bulan," ucap Fridman.
"Juga ada ditambah Moza dan Junior, bayi orangutan yang disita dari perdagangan liar orangutan di Thailand dan Kuwait, yang dikembalikan ke Kalteng 11 Februari lalu," tambah Fridman.
Kini, Kejora mulai terlihat ceria bersama teman-temannya. Wajah trauma saat awal dia disita dari warga, perlahan mulai menghilang. Berat badannya pun mulai naik menjadi 4,8 kilogram.
"Dia (Kejora) terlihat senang dengan kawan-kawan barunya. Nafsu makannya juga meningkat, apa saja buah yang kita berikan, habis dimakannya," lanjut Fridman.
Kisah Kejora kembali menambah deretan panjang perlakuan buruk dialami orangutan di Kalimantan. Tidak hanya disebabkan terbakarnya hutan di Kalteng dan Kaltim, tetapi juga perilaku buruk warga dengan tega menganiaya primata Kalimantan itu, dan memperjualbelikannya di pasar gelap.