Libur Panjang, Rebound Banyuwangi Ramai Wisatawan, Kuliner Rakyat Ikut Meningkat
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banyuwangi Zaenal Muttaqin, mengatakan peningkatan okupansi ini di Banyuwangi yang sangat tinggi juga tak lepas dari persepsi wisatawan.
Industri pariwisata Banyuwangi mulai pulih dengan penerapan protokol kesehatan setelah sepi terkena dampak pandemi Covid-19. Homestay warga, hotel, destinasi wisata, dan usaha kuliner mengalami peningkatan okupansi dan kebanjiran pengunjung selama libur panjang akhir pekan ini.
Pemkab Banyuwangi sendiri telah menggemakan program “Rebound Banyuwangi" sebagai upaya memulihkan kembali ekonomi lokal dari dampak pandemi Covid-19 melalui sektor UMKM, pertanian, dan pariwisata.
-
Apa saja tempat wisata yang hits dan terbaru di Banyuwangi? Merdeka.com merangkum informasi tentang wisata di Banyuwangi yang hits dan terbaru, sangat cocok untuk memanjakan mata di akhir pekan.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Apa yang dimaksud dengan santet Banyuwangi? Santet Banyuwangi punya sejarah panjang sejak zaman kerajaan. Banyuwangi dikenal dengan julukan kota santet. Kini santet sering hanya dipahami sebagai sesuatu yang buruk, padahal tidak demikian.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
"Program pemulihan ekonomi dilakukan untuk membuka kembali lapangan kerja bagi warga," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
©2020 Merdeka.com
Selama liburan panjang akhir pekan ini, rata-rata okupansi hotel mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu mencapai 90 persen, dibandingkan rata-rata selama bulan Juli yang hanya sekitar 45 persen. Bahkan, tak sedikit hotel yang okupansinya 100 persen pada libur panjang akhir pekan ini.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banyuwangi Zaenal Muttaqin, mengatakan peningkatan okupansi ini di Banyuwangi yang sangat tinggi juga tak lepas dari persepsi wisatawan.
"Banyuwangi dinilai sudah siap menerapkan pariwisata konsep adaptasi kebiasaan baru, karena ada sertifikasi new normal di destinasi, hotel, hingga tempat kuliner. Inilah yang membuat Banyuwangi diserbu wisatawan terutama di masa long weekend. Tidak hanya hotel berbintang, hotel melati dan homestay juga diserbu wisatawan," kata Zaenal.
©2020 Merdeka.com
Winda, pemilik warung makan khas Banyuwangi, "Bik Ati", mengakui, ada peningkatan omzet lebih dari 50 persen pada libur panjang akhir pekan ini dibanding hari biasa. "Alhamdulillah, mulai kembali ramai," ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Muhammad Yanuarto Bramuda, mengatakan tidak hanya penginapan, destinasi wisata juga banyak dikunjungi wisatawan dari luar Banyuwangi. Pantai Pulau Merah, Pantai Cacalan, Pantai Boom, Bangsring Underwater dan destinasi lainnya banyak dikunjungi wisatawan.
"Di destinasi wisata banyak wisatawan dari luar Banyuwangi. Ini cukup menggembirakan bagi program Rebound Banyuwangi," kata Bramuda.
Bramuda mengatakan pengelola destinasi wisata tetap diwajibkan menjalankan protokol kesehatan. "Kita harus produktif tapi tetap berusaha aman dari Covid-19," kata Bramuda.
©2020 Merdeka.com
Sementara itu, Bupati Anas juga meminta maaf apabila di era adaptasi kebiasaan baru, terdapat pembatasan pengunjung di penginapan dan destinasi wisata. Selama berwisata di Banyuwangi, wisatawan juga harus menerapkan protokol kesehatan seperti harus mengenakan masker, jaga jarak, dan diukur suhu tubuhnya.
"Kami mohon maaf apabila ada wisatawan yang kurang nyaman di era adaptasi kebiasaan baru. Ini demi kebaikan bersama," kata Anas.
(mdk/hhw)