Mahyudin galang dukungan buat lawan Setnov dan Akom di Munas Golkar
Mahyudin mengklaim dia punya modal selain duit buat mengalahkan dua pesaingnya itu.
Maju sebagai Calon Ketua Umum (Caketum) di Musyawarah Nasional Partai Golkar pada Maret 2016, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Mahyudin, kini sibuk menggalang dukungan di Jawa Timur. Dia sesumbar bisa menang, meski harus berhadapan dengan tokoh-tokoh andal seperti Setya Novanto (Setnov) dan Ade Komarudin (Akom).
Mahyudin mengaku memiliki strategi khusus buat mengalahkan para pesaingnya. Sayang dia enggan membocorkan siasatnya. Dia hanya mengaku, dengan ide dan gagasannya, pasti bisa memenangkan pemilihan.
"Ya itu (strategi mengalahkan Akom dan Setnov) masih rahasia kita, bagaimana strateginya. Yang pasti kita menjual ide dan gagasan," kata Mahyudin usai acara Silaturahim Caketum Partai Golkar dengan DPD II dan I se Jawa Timur, di Hotel Sheraton, Jalan Embong Malang, Surabaya, Senin (29/2).
Mahyudin menyampaikan, dengan modal pengalaman dan jejaring pertemanan, dia yakin menang.
"Saya memiliki modal sosial. Lima tahun pernah menjadi ketua organisasi, jadi Ketua DPD II, dan provinsi, saya kira tidak ada yang berat. Saya cukup kenal baik dan mengenal banyak teman, ketua DPD (Golkar) I dan DPD II," ujar Mahyudin.
"Sekarang memang saya harus keliling mensosialisasikan, minta dukungan dan restu dari para hak pemegang suara di Munas nanti. Yang kita janjikan pertama, saya tentu tidak ikut terlibat money politic. Saya hanya menjanjikan program pada mereka yang realistis, ide gagasan saya, untuk membangkitkan kembali kejayaan Partai Golkar," sambung Mahyudin.
Soal kemungkinan politik uang bisa saja dilakukan lawan-lawannya, Mahyudin berharap hal itu tidak terjadi.
"Ya mungkin (terjadi money politic), tapi saya tidak tahu, saya berharap tidak akan terjadi. Saya juga tidak ingin mengamati lawan-lawan saya. Saya ingin bersaing secara fair," ucap Mahyudin.
Selain di Surabaya, Mahyudin mengaku segera mengunjungi Sumatera, Batam, Medan, Sumatera Barat, dan 24 provinsi lainnya. "Dukungan sekarang masih 10 provinsi," tutup Mahyudin.