Makan bubur sum-sum, 44 warga keracunan
"Mereka mengonsumsi jajanan pasar yang dijajakan pedagang," bebernya.
Kepala Puskesmas, Bayongbong Elan mengatakan ada 44 pasien yang diduga keracunan dari dua desa Kecamatan Bayongbong. Warga mengalami keracunan yang diduga setelah menyantap makanan bubur sumsum hingga harus mendapatkan penanganan medis di Puskesmas Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Sebagian besar di antara mereka adalah anak-anak dan wanita dewasa," terang Elan.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Dimana saja lokasi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Kapan terjadi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Kenapa Kemang di Jakarta Selatan dikenal sebagai pusat kuliner? Kemang di Jakarta Selatan telah lama dikenal sebagai pusat kuliner yang tidak pernah berhenti berinovasi.
Elan juga mengungkapkan, warga yang mendapatkan penanganan medis di Puskesmas Bayongbong mengeluhkan sakit yang sama, yakni sakit kepala, mual, dan muntah-muntah.
Berdasarkan pengakuan sejumlah pasien, sambung Elan, mengeluhkan sakit setelah menyantap jajanan pasar berupa bubur sumsum yang dijual oleh pedagang langganannya.
"Mereka mengonsumsi jajanan pasar yang dijajakan pedagang," bebernya.
Para pasien korban keracunan itu, masih menurut Elan, datang dalam waktu berbeda, sejak Senin, 31 Agustus 2015, kemudian Selasa (1/9) hingga, Rabu pasien terus bertambah.
Pihaknya telah memberikan penanganan medis meskipun ruangan rawat yang tersedia tidak mampu menampung jumlah pasien korban keracunan.
"Puskesmas kami tidak mampu menampung mereka semua, jadi sebagian lagi dirawat di lorong puskesmas menggunakan tempat tidur darurat," ujar Elan seperti dikutip dari Antara, Rabu (2/9).
Sejauh ini Puskesmas Bayongbong telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Garut untuk menindaklanjuti kasus keracunan itu dengan mengambil sisa bubur sumsum dan muntahan pasien untuk dilakukan uji laboratorium.
(mdk/gil)