Marbot masjid 'didoktrin' lawan penyebaran ISIS
Koordinator Dakwah Islamiah dibentuk di setiap provinsi untuk mendata syiar agama di wilayahnya.
Indonesia tengah menghadapi ancaman besar gerakan radikalisme yang ditimbulkan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pemerintah harus sigap mengantisipasi masuknya ISIS di Indonesia, tapi tidak dengan cara represif.
Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris mengungkapkan ISIS telah menjadi ancaman global. Pemerintah tidak bisa sendirian untuk menangkal masuknya ISIS ke Indonesia.
"Pemerintah dan rakyat harus bisa menjalin sinergi untuk mengantisipasi dan menanggulangi propaganda dan ancaman yang dilakukan kelompok radikal, terutama ISIS. Apalagi di era modern sekarang ini, kita harus bisa solid di segala lini masyarakat sehingga sekecil apapun gerakan radikalisme itu, sudah bisa kita ketahui dan kita cegah sedini mungkin," kata Irfan di Jakarta, Selasa (5/5).
Irfan mencontohkan, di setiap provinsi sudah ada Koordinator Dakwah Islamiah (Kodi). Menurutnya, setiap Kodi itu pastinya telah memiliki data-data tentang syiar agama di wilayahnya masing-masing.
"Kita bisa panggil pengurus, bahkan marbot setiap masjid. Kita tingkatkan pengetahuan mereka, kita bekali dengan pemahaman tentang bahaya radikalisme. Saya kira dengan begitu bisa menjadi cara untuk menangkal kegiatan radikalisme," tuturnya.
Menurutnya, ada dua hal yang kita lakukan yaitu meningkatkan pemahaman dan meminimalisir semangat yang tidak memiliki dasar. "Karena kalau orang sudah punya semangat berapi-api, kadang sudah tidak mau mendengarkan petuah orangtua," ujar Irfan.
Dia juga mengimbau jangan sampai umat muslim terpancing isu sehingga mudah diadu domba. Untuk itu, lanjutnya, pemerintah harus memiliki pertahanan berupa strategi menangkal serangan radikalisme sesuai dengan budaya dan kearifan lokal.
"Ini benar-benar harus diantisipasi, agar kita bisa menyelamatkan masa depan anak-anak dan generasi muda Indonesia," tandasnya.