Mendikbud kaji ulang perlu tidaknya ujian nasional
Saat berkunjung ke SMK Negeri I Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Mendikbud diberondong pertanyaan kritis dari siswa SKM tersebut. Mulai dari masa depan pelaksanaan ujian nasional yang dinilai menghamburkan uang, sampai soal peningkatan prestasi siswa.
Ada cerita menarik saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berkunjung ke SMK Negeri I Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Sabtu (5/11). Didampingi Sekjen Kemendikbud Didik Suhadi dan Bupati Banggai Herwin Yatim, Muhadjir meninjau sejumlah ruangan untuk berdialog langsung dengan para siswa.
Seperti dilansir Antara, saat berada di ruang Kelas XII, siswa bernama Mohamad Kaharuddin tiba-tiba mengacungkan tangan dan meminta kesempatan untuk bertanya kepada Mendikbud.
-
Apa gunanya ujian sekolah? Dengan ujian sekolah, maka setiap pelajar dapat mengetahui hingga mengukur masing-masing kemampuannya dalam setiap mata pelajaran.
-
Kapan Queena Miendra dinyatakan lulus dari sidang ujian skripsi? Pada Jumat (19/7), Queena Miendra Wijaya berhasil lulus dari sidang ujian skripsinya setelah menjalani proses di kampus.
-
Kapan Presiden Joko Widodo menyelesaikan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada? Masuk kuliah pada 1980, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya 5 tahun berselang.
-
Apa saja yang dilakukan Mahmud Yunus untuk kemajuan pendidikan Islam di Indonesia? Seorang ahli ulama dan tafsir Al-Qur'an ini begitu berjasa terhadap pelajaran Agama Islam agar bisa tercantum di kurikulum nasional melalui jabatannya di Kementerian Agama.
-
Kapan Desy Ratnasari menjalani ujian S-3 nya? Ujian tersebut berlangsung pada 7 Juni 2024.
-
Apa saja ujian yang dialami Nabi Ayub? Nabi Ayub diberikan banyak ujian hidup dari Allah. Mulai dari hilangnya harta dan kekayaan, diberikan penyakit hingga belasan tahun, dan ditinggalkan oleh keluarga tercinta.
"Mohon maaf pak menteri, boleh saya bertanya," ujar Kaharuddin tanpa malu-malu.
Mendikbud mempersilakan Kahariddin mengajukan pertanyaan.
"Pak menteri, apakah ujian nasional itu masih akan dilakukan? Apakah UN tidak menghambur-hamburkan dana saja," ujarnya yang disambut tepuk tangan para siswa dan guru.
"Lha menurut kamu bagaimana," jawab menteri.
"Menurut saya pak, UN tidak perlu lagi, dihapus saja, karena kalau UN itu, siswa pasti meniru-niru temannya. Maksudnya menyontek. Jadi UN buang-buang dana saja," katanya tegas dan disambut tepuk tangan riuh para siswa.
"Siapa yang suruh kamu bertanya seperti itu," timpal menteri lagi sambil tersenyum.
"Tidak ada pak, ini ide saya sendiri," ujar Kaharuddin.
"Kalau begitu saya mau kasih hadiah sama kamu," kata menteri sambil mencabut dompetnya dan menyerahkan selembar uang lalu disambut meriah siswa di kelas tersebut.
Mendikbud menjawab pertanyaan Kaharuddin. Dia mengatakan, pelaksanaan UN sedang dalam pengkajian ulang. Keputusannya pasti akan diumumkan.
"Berdoa saja ya, mudah-mudahan ..." kata Muhadjir tanpa menjelaskan lebih detail.
Salah satu siswi di kelas sama, Firra Palesa bertanya mengenai cara meningkatkan prestasi siswa. Mendikbud mengatakan, nantinya para guru diwajibkan berada di kelas selama delapan jam sehari atau minimal 40 jam seminggu agar siswa betul-betul maksimal dalam belajar.
"Dengan belajar delapan jam sehari di kelas, maka pada hari Sabtu akan diliburkan sehingga waktu hari Sabtu dan Minggu itu bisa digunakan anak-anak untuk berkumpul bersama keluarga," kata Muhadjir.
Sebelum meninggalkan ruang kelas tersebut, Mendikbud juga memberikan hadiah uang kepada Firra Palesa atas keberaniannya mengajukan pertanyaan kepada menteri.
Baca juga:
Mendikbud: Sekolah lima hari, kontrol terhadap anak lebih terjamin
Pemerintah perlu mengkaji sebelum terapkan full day school
4 Tahun kedepan 10.000 orang pensiun, Indonesia krisis tenaga dosen
Menteri Agama: Guru profesi mulia dan jaga kualitas kerukunan agama
Pemerintah dinilai tak perhatikan pendidikan di Madrasah Diniyah