Menristek: 100 Ribu Rapid Test Buatan Indonesia Siap 1,5 Bulan Lagi
Alat tes reaksi antibodi tersebut, kata Bambang, adalah hasil kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Universitas Gajah Mada (UGM).
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menjelaskan dalam 6 minggu ke depan Indonesia akan memproduksi 100 ribu unit rapid tes. Alat tes reaksi antibodi tersebut, kata Bambang, adalah hasil kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Universitas Gajah Mada (UGM).
"Rapid test kami sudah laporkan Pak Presiden, 1,5 bulan atau 6 minggu dari sekarang rencananya sudah ada 100 ribu produksi, 100 ribu unit rapid test yang merupakan hasil kerja sama dari BPPT dan UGM," jelas Bambang usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo, Jakarta, Rabu (15/4).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Siapa yang dinyatakan positif Covid-19 pertama di Indonesia? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Bagaimana para peneliti menemukan virus-virus tersebut di peternakan bulu? Tim peneliti internasional menggunakan teknik yang disebut pengurutan metagenomik, jenis analisis yang memeriksa seluruh sampel DNA dan RNA. Tim meneliti jaringan paru-paru dan usus dari 461 hewan.
-
Mengapa sulit untuk meneliti mengapa beberapa orang terlindungi dari COVID-19? Mengapa beberapa orang lebih terlindungi daripada yang lain belum jelas, dengan penelitian lapangan yang terhambat oleh kesulitan dalam menentukan momen paparan dengan tepat.
-
Kenapa penting untuk melakukan tes DNA? Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes DNA agar bisa mengetahui struktur genetik dalam tubuh seseorang. Selain itu juga bisa mendeteksi kelainan genetik.
Nantinya alat rapid tes tersebut akan diproduksi oleh PT Hematika, Jogja. Dan rencananya kata dia akan diproduksi dalam jumlah besar.
"Rencananya nanti tentu akan diproduksi dalam jumlah yang lebih besar lagi untuk kebutuhan rapid test dalam rangka penanganan covid19," jelas Bambang.
Tidak hanya itu, pihaknya juga telah mengembangkan polymerase chain reaction (PCR). Hal tersebut kata dia hasil kerja sama BPPT dengan startup Nusantic dengan PT Biofarma.
"Rencananya pengujian di BP POM dan Kemenkes, setelahnya tentunya akan dilakukan produksi yang dilakukan PT Biofarma," ungkap Bambang.
"Sehingga tidak lama lagi kita akan punya PCR test kit yang basisnya adalah virus yang merupakan local transmission atau virus covid 19 yang terjadi di indonesia. Jadi bukan yang berasal dari luar," tambah Bambang.
Dengan adanya PCR yang dibuat dari negara sendiri, kata Bambang akan mengurangi impor alkes. Tidak hanya alkes, nantinya obat-obatan juga diharapkan tidak tergantung dengan negara lain.
"Tentunya ini diharapkan bisa meningkatkan akurasi dari pengujian PCR tersebut," jelas Bambang.
Ventilator
Bambang juga menjelaskan saat ini Indonesia sedang mengembangkan alat kesehatan dalam rangka penanganan Covid-19. Salah satunya yaitu portable ventilator yang sedang diuji Kementerian Kesehatan dan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk pengujian prototypenya.
"Rencananya minggu ini selesai pengujian di kemenkes," kata Bambang usai mengikuti rapat terbatas bersama Jokowi melalui siaran telekoference, Rabu (15/4).
Kemudian kata dia, nantinya akan masuk dalam tahap produksi. Bambang menjelaskan saat ini sudah ada dua perusahaan yang siap untuk memproduksi alkes tersebut. Yaitu PT LEN dan PT Polijaya yang masing-masing mempunyai kapasitas produksi 100 unit portable ventilator per minggu masing-masing pabrik
"Jadi diharapkan 25 April kita bisa mudah-mudahan bisa mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia yang dibuat oleh LEN dan Polijaya dan didesain oleh tim yang dipimpin BPPT," jelas Bambang.
Tidak hanya itu, dia juga menjelaskan saat ini BPPT sedang mengusulkan 15 ventilator dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun dari masyarakat dan swasta. Namun saat ini mereka mereka sedang melakukan pengujian dari Kemenkes.
"Di dalam ratas tadi kami minta dukungan dari Menperin dan Menteri BUMN agar ada partner atau mitra industri yang bisa memproduksi prototype yang sudah diuji," ungkap Bambang.
(mdk/ded)