Peneliti Temukan Ratusan Virus Menyebar di Peternakan Bulu di Seluruh China, Bisa Menular ke Manusia
Peneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Menurut penelitian baru, virus menular yang bisa menjangkiti manusia menyebar di peternakan bulu di seluruh China. Peneliti menemukan lebih dari 100 virus ditemukan di bangkai cerpelai, babi guinea, dan muskrat. Peneliti memperingatkan, peternakan bulu adalah pusat penyakit menular.
Sejak pandemi Covid-19 dikaitkan dengan hewan hidup yang dijual di pasar-pasar di China, ilmuwan menelusuri bagaimana virus zoonotic (virus yang ditularkan hewan ke manusia) menyebar di lingkungan ini.
-
Bagaimana flu menyebar? Flu merupakan infeksi virus pada saluran pernapasan yang menyebar terutama melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus ini menyebar melalui tetesan kecil yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Tetesan ini dapat terhirup oleh orang lain atau menempel pada permukaan seperti gagang pintu atau meja. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut, atau mata mereka, kemungkinan besar mereka akan tertular flu.
-
Bagaimana penyakit misterius ini menyebar? 'Tidak jelas kapan wabah ini dimulai karena akan tidak biasa bagi begitu banyak anak untuk terpengaruh begitu cepat,' Dan Silver, seorang pelapor ProMED.
-
Dimana virus ditemukan? Peneliti dari Universitas Northwestern telah mengidentifikasi lebih dari 600 jenis virus yang berbeda dalam 92 sampel pancuran dan 34 sampel sikat gigi, tanpa ada dua sampel yang sama.
-
Bagaimana cara virus Nipah menular dari hewan? Virus nipah menular melalui beberapa cara, yaitu: Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar buah atau babi, atau cairan tubuh mereka (seperti darah, air seni, atau air liur). Mengonsumsi produk makanan yang terkontaminasi cairan tubuh hewan yang terinfeksi (seperti nira kelapa sawit atau buah yang terkontaminasi oleh kelelawar yang terinfeksi).
-
Apa itu zoonosis? Penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
-
Bagaimana virus dengue menyebar ke manusia? Jika nyamuk ini terinfeksi virus dengue, mereka dapat mentransmisikan virus tersebut kepada manusia saat menggigit.
Tim peneliti internasional menggunakan teknik yang disebut pengurutan metagenomik, jenis analisis yang memeriksa seluruh sampel DNA dan RNA. Tim meneliti jaringan paru-paru dan usus dari 461 hewan. Semua hewan ini mati karena penyakit menular. Sebagian besar hewan atau 412 ekor mati di peternakan bulu, sedangkan 49 ekor mati di kandang atau di alam liar. Hampir 30 spesies diteliti, seperti dikutip dari IFL Science, Rabu (11/9).
Sampel tersebut berisi kumpulan virus, teridentifikasi total 125 spesies virus, termasuk virus corona, kelompok yang sama dengan virus pandemi SARS-CoV-2; influenza A, dan paramyxovirus, yang menyebabkan campak dan gondong. Tim menemukan 36 spesies virus baru dalam ilmu pengetahuan dan 39 spesies yang berisiko berpindah antar spesies, termasuk 11 spesies yang sebelumnya telah menginfeksi manusia.
“Sangat menarik bahwa kita melihat keragaman zoonosis yang diketahui dan potensial ditemukan dan ditularkan di antara begitu banyak jenis hewan dan di wilayah geografis yang luas,” kata salah satu anggota tim peneliti, John Pettersson, seorang profesor di Universitas Uppsala, dalam sebuah pernyataan.
Virus Corona
Anjing cerpelai dan rakun merupakan pembawa virus yang paling berisiko tinggi.
Tim menyoroti virus corona tertentu yang ditemukan pada dua cerpelai yang mati di satu peternakan. Virus ini mirip dengan spesies penyebab infeksi virus pernapasan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada manusia.
Menurut para peneliti, peternakan bulu harus menjalani pengawasan yang lebih ketat untuk melacak penyebaran potensi wabah penyakit menular dengan lebih efektif. Peternakan bulu, yang sering dikritik karena standar perawatan hewannya yang buruk, telah dilarang atau dihapuskan secara bertahap di lebih dari 20 negara Eropa.
Penelitian tim ini diterbitkan Nature.