Temuan Fosil Ungkap Fakta Mengejutkan Tentang Spesies Dinosaurus Terbang 66 Juta Tahun Lalu
Peneliti menemukan fosil dinosaurus terbang yang mengungkap fakta baru di dunia sains.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan beberapa spesies pterosaurus terbang dengan mengepakan sayapnya seperti burung modern, sementara yang lain bisa terbang tinggi seperti burung nasar.
Pterosaurus merupakan reptil besar purba yang dapat terbang. Pterosaurus diperkirakan menguasai langit pada masa dinosaurus 66 juta tahun lalu sebelum hantaman asteroid yang menyebabkan peristiwa kepunahan massal.
Beberapa spesies pterosaurus terbesar ukurannya hampir sama dengan pesawat kecil dan tingginya setara dengan jerapah. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari peneliti apakah pterosaurus mampu terbang.
Fosil yang ditemukan di dua lokasi berbeda di utara dan di selatan wilayah yang sekarang disebut Yordania memperlihatkan struktur 3D pada tulang sayap yang biasanya ditemukan dengan bentuk pipih seperti panekuk di dalam lapisan batu.
Hasil pemindaian CT pada fosil tersebut memberikan pandangan baru dalam pengetahuan sains.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Vertebrate Paleontology, mengungkap sebuah temuan baru yang tak terduga. Pterosaurus raksasa tidak hanya dapat terbang, tetapi spesies yang berbeda juga beradaptasi dengan gaya terbang yang bervariasi.
Fosil utuh yang menghasilkan temuan baru
Fosil-fosil yang ditemukan tersebut berasal dari 66 juta hingga 72 juta tahun yang lalu pada akhir zaman Kretaseus. Pada awalnya, tim tersebut menemukan spesimen tersebut pada 2007.
Fosil itu terkubur dalam endapan dari daratan kuno yang disebut Afro-Arabia yang dulunya meliputi Afrika dan Jazirah Arab.
Dr. Kierstin Rosenbach, seorang peneliti dan ahli paleontologi menyebutkan, “setelah menyadari tulang berongga itu masih mengandung struktur aslinya, tim peneliti sangat ingin menganalisisnya menggunakan pemindaian CT resolusi tinggi.”
Rupanya beberapa fosil tersebut milik seekor pterosaurus raksasa yang dikenal dengan nama Arambourgiania philadelphiae, berdasarkan gambaran pertama struktur tulangnya. Arambourgiania memiliki lebar sayap 10 meter.
Tim mengamati serangkaian tonjolan yang melingkar ke atas dan ke bawah pada tulang humerusnya yang berongga.
Fosil lain yang ditemukan termasuk dari bagian pterosaurus jenis baru dalam ilmu pengetahuan yang disebut sebagai Inabtanin alarabia. Fosil ini dinamai berdasarkan bukit besar berwarna anggur, Tal Inab, tempat fosil ini ditemukan.
Panjang sayap sampai 12 meter
Nama tersebut menggabungkan kata-kata Arab "inab," yang berarti anggur, dan "tanin," yang berarti naga, sementara "Alarabia" merujuk pada Jazirah Arab.
Menurut para peneliti, Inabtanin alarabia merupakan salah satu fosil pterosaurus terlengkap yang pernah ditemukan di wilayah ini. Reptil tersebut berukuran lebih kecil dari Arambourgiania dengan lebar sayap 5 meter.
Setelah memindai tulang-tulang sayap pada kedua fosil tersebut, para peneliti menyadari fosil itu memiliki struktur yang sepenuhnya berbeda dari Arambourgiania.
Rosenbach mengungkapkan “Tulang terbang untuk Inabtanin mencakup struktur bagian dalam berupa penopang, atau batang penguat yang membantu mereka terbang. Ini tidak berbeda dengan yang ditemukan pada tulang sayap burung modern yang mengepakkan sayapnya untuk terbang.”
Tidak seperti Inbatanin yang memiliki struktur tulang sayap seperti burung modern, tulang sayap Arambourgiania lebih menyerupai tulang sayap burung nasar yang memiliki tonjolan spiral pada tulang sayap.
Saat ini, burung modern terbesar yang dapat terbang adalah burung kondor Andes, yang memiliki lebar sayap sekitar 2,8 meter. Namun, pterosaurus memiliki lebar sayap yang sangat besar, hingga dapat mencapai 5-12 meter.
Rosenbach mengatakan, "Mereka akan terlihat sangat berbeda jika terbang berdampingan. Inabtanin akan mengepakkan sayapnya seperti burung modern, tetapi Arambourgiania kemungkinan besar akan terbang tinggi dengan sedikit mengepakkan sayap, seperti burung nasar atau burung laut pelagis."
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti