Meski sering diejek, Aiptu Astaga tetap bangga punya nama unik
Meski sering diejek, Aiptu Astaga tetap bangga punya nama unik. Kebanggaan menjadi anggota Bhayangkara juga menurun kepada anaknya yang kini menjadi polwan.
Pangkat memang tidak terlalu tinggi, namun pria asal Banjar Kaliakah, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana telah menjadi anggota polisi sejak tahun 1978.
Semenjak masuk anggota polisi melalui Tamtama gelombang ke III tahun 1978/1979, lelaki tiga anak ini mengaku kerap dijadikan bahan banyolan bagi rekan-rekannya lantaran namanya yang unik. Punya nama Gede Astaga, baginya adalah kebanggaan sekaligus sempat jadi salah pengertian ketika ada orang terkejut dan disangka memanggil namanya.
"Saya tidak mengerti, apa makna nama yang saya miliki. Nama Astaga adalah pemberian orang tua. Kadang ada yang panggil dengan sapaan, Astaga Pak Gede, ke mana saja," kata Aiptu Astaga dengan nada polos, Selasa (18/10).
Gede Astaga mengisahkan, sejak tamat pendidikan Tamtama Polri, di bertugas di Polres Karang Anyar, Solo dan baru pindah ke Polres Jembrana tahun 1993. Namun sebelum pindah ke kampung halamannya di Kabupaten Jembrana, Astaga yang hanya memiliki ijazah SMP ini berhasil melanjutkan pendidikan polisinya ke Seba Reguler tahun 1992/1993 di Pusdik Banyubiru, Jawa Tengah.
Bahkan putri sulungnya yang kini sudah menjadi Polwan pun kerap dijadikan banyolan. "Astaga Pak Gede, putrinya sudah Polwan. Astaga luar biasa," celotehnya menirukan.
Meskipun telah mendekati masa pensiun, Astaga tak sedikit pun menurunkan semangatnya untuk melaksanakan tugas Kepolisian. Bahkan dia cenderung memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. "Intinya saya tindak mau setelah pensiun justru banyak punya musuh. Saya ingin tetap bermasyarakat," tutupnya.