Moeldoko sebut Isu Petugas KPPS Diracun adalah Pemikiran Sesat
"Kita harus menghormati itu janganlah mengganggu pikiran, psikologi dari keluarga korban. Sekali lagi tidak ada upaya dari pemerintah yang macam-macam," ungkap Moeldoko.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta publik agar berfikir jernih terkait semakin bertambahnya korban petugas KPPS yang meninggal pada Pemilu 2019. Dia menilai beberapa pihak isu petugas KPPS yang meninggal karena diracun adalah pemikiran yang sesat.
"Saya berharap, tidak berkembang menjadi bola liar. Seolah ada racun, ini sudah berfikir yang sesat ini. Tidak ada. Harus kita jelaskan cukup gamblang, kepada masyarakat agar masyarakat tidak tanda tanya kondisinya seperti apa," kata Moeldoko di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Selasa (14/5).
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Kapan Ki Joko Bodo meninggal? Pada 22 November 2022, ia tutup usia di usia 58 tahun.
-
Bagaimana PPS membentuk KPPS? Membentuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS): PPS membentuk KPPS yang bertugas dalam pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
Dia meminta seharusnya publik juga harus memperbaiki dari waktu ke waktu terkait fenomena tersebut. Dan bukan menyindir satu sama lain, dia meminta semua pihak peduli terhadap hal tersebut. Dia pun menegaskan pemerintah tidak pernah berniat jahat.
"Kita harus menghormati itu janganlah mengganggu pikiran, psikologi dari keluarga korban. Sekali lagi tidak ada upaya dari pemerintah yang macam-macam," ungkap Moeldoko.
Kemudian Moeldoko juga meminta kepada semua pihak agar tidak mengaitkannya dengan ranah politik. Sebab persoalan korban KPPS adalah persoalan pekerjaan.
"Jadi tidak ada tolong, tidak dibawa-bawa ke ranah politik. Kasihan, keluarga korban yang sudah mengiklaskan, keluarganya bekerja secara sukarela," ungkap Moeldoko.
"Voluntir yang bekerja secara sukarela yang digaji tidak besar, jangan lagi timbulkan beban yang besar lagi kepada lagi pihak keluarga yang katanya diracunlah. Jangan merendahkan atas jasa-jasa yang diberikan oleh keluarga mereka kepada negara ini," lanjut Moeldoko.
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai beberapa pihak yang menyebut bahwa ratusan petugas KPPS atau Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang meninggal dunia diracun adalah berlebihan. Dia mengatakan hingga saat ini belum ada fakta terkait kabar petugas yang diracun tersebut.
"Mungkin tuduhan bahwa itu diracun itu berlebihan saya kira, motif nya apa ? mau dapat suara ? bagaimana mungkin jadi tidak begitu. segala sesuatu harus kita periksa motifnya dan memang tidak ketemu motifnya," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Senin (13/5).
Kemudian JK pun menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga korban terkait adanya rencana visum. Hal tersebut menanggapi terkait permintaan Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto agar pihak berwajib melakukan tes visum.
Baca juga:
Relawan Prabowo Keracunan, Sandiaga Sebut Gejalanya Mirip Kepala KPPS Warakas
JK Nilai Tak Mungkin Bisa Tambah Suara dari Tewasnya Anggota KPPS
Menkes Sebut Petugas KPPS Paling Banyak Meninggal di Pulau Jawa
Kemenkes Sebut Kelelahan Pemicu Sakit yang Sebabkan Petugas KPPS Meninggal
Bertemu Bawaslu, BPN Pertanyakan Banyak KPPS Meninggal Dunia
Warga Gelar Tahlilan dan Buka Puasa Bersama untuk Anggota KPPS yang Meninggal