Momen Mencekam Rauf dkk Terjebak di Kampus Saat Berondongan Peluru 'Hujani' Sudan
"Awal mula itu tanggal 15 April pagi, pas puasa Ramadan, pecah konflik (perang) pagi-pagi," kata Rauf, ditemui wartawan.
Enam mahasiswa Indonesia asal Kaltim yang menempuh pendidikan di Sudan, pulang ke kampung halamannya hari ini. Ahmad Rauf (26), salah satu di antaranya bercerita tentang situasi mencekam saat konflik bersenjata pecah di Sudan.
Enam mahasiswa itu tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, dan disambut Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi di ruang VIP bandara. Mewakili Pemprov Kaltim, Hadi menyerahkan keenam mahasiswa itu ke pemerintah kabupaten dan kota.
-
Kenapa para abdi negara ini viral? Beberapa abdi negara berikut ini viral lantaran memiliki paras yang tampan. Salah satu di antaranya bahkan sangat viral terlebih saat masa kampanye pilpres beberapa waktu yang lalu. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Kenapa Hanum Mega viral belakangan ini? Baru-baru ini nama Hanum Mega tengah menjadi sorotan hingga trending di Twitter lantaran berhasil membongkar bukti perselingkuhan suaminya.
-
Mengapa konten video Jakarta di masa depan menjadi viral? Karena kreativitasnya, postingan @fahmizan kemudian menjadi viral dan di repost oleh banyak akun di berbagai sosial media.
-
Siapa saja abdi negara yang viral karena parasnya yang tampan? Beberapa abdi negara berikut ini viral lantaran memiliki paras yang tampan. Salah satu di antaranya bahkan sangat viral terlebih saat masa kampanye pilpres beberapa waktu yang lalu. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini.
Ahmad Rauf, mahasiswa Indonesia asal Penajam Paser Utara (PPU) kuliah di University Of Africa di Sudan jurusan Hadits sejak akhir 2018 lalu. Saat ini, dia duduk di semester VII.
"Awal mula itu tanggal 15 April pagi, pas puasa Ramadan, pecah konflik (perang) pagi-pagi," kata Rauf, ditemui wartawan, Jumat (5/5).
Kampusnya jadi Markas RSF
Rauf bersama rekannya saat itu berada di area kampus dan satu persatu berhasil dikumpulkan baik yang ada di asrama maupun yang sedang terpencar hingga 25 April 2023 dalam status siaga satu. Tidak disangka, di tengah kepanikan saat itu, belakang kampus mereka justru menjadi markas pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), kelompok yang terlibat konflik dengan tentara nasional Sudan.
"Seketika waktu itu di kampus tidak ada aktivitas sama sekali. Di belakang kampus kami, markas RSF yang dikepung tentara nasional meski jaraknya cukup jauh. Kami praktis juga terkepung di area yang memang banyak mahasiswa," ujar Rauf.
"Sekitar 20 kilometer persegi itu situasinya kedua pihak sedang berperang, terlibat baku tembak, dan RSF menguasai bandara sekitar kampus. Stasiun bahan bakar di sana dihancurkan. Tapi kalau internet, tidak dimatikan dan masih bisa berkomunikasi. Karena tentara mungkin juga butuh internet," terang Rauf mengingat kejadian itu.
Masih saat itu, Rauf berada di bangunan area kampus di lantai empat. Dia juga mendengar ledakan bom di sekitar kampus, di mana titik ledakan hanya berjarak sekitar 200-300 meter dari area kampus.
"Kami mahasiswa bersama TKW (Tenaga Kerja Wanita/Pekerja Migran Indonesia/PMI) dikumpulkan KBRI Sudan di suatu tempat. Karena memang kita berada di tengah konflik waktu itu," kenang Rauf.
Proses Evakuasi
Sekitar 8 mobil tiba menjemput Rauf dan rekan mahasiswa lainnya bersama PMI di Sudan. Semua WNI saat itu dievakuasi lewat perjalanan darat 12-13 jam menuju Port Sudan, sebagai tempat paling aman saat itu. Langkah berikutnya, WNI kemudian dievakuasi ke Jeddah dalam 4 gelombang keberangkatan.
"Setibanya di Jeddah, disambut KBRI Jeddah dan diinapkan di hotel. Tiga hari di Jeddah, kami kemudian diberangkatkan ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia dan pesawat TNI," sebut Rauf.
"Tidak ada korban dari mahasiswa maupun TKW Indonesia dari kejadian itu. Pemerintah melalui KBRI sudah bergerak cepat mengevakuasi kami," tambah Rauf.
Setibanya di Jakarta, ke semua WNI di mana menurut Kemenlu berjumlah 929 orang ditempatkan di Asrama Haji Pondok Gede untuk menjalani pemeriksaan kesehatan lebih dulu.
"Setelah itu, kami diinapkan di mes Pemprov Kaltim di Jakarta dan disambut baik di sana selama tiga hari. Karena waktu itu tidak dapat tiket ke Balikpapan, akhirnya dapat tiket dan sampai dengan selamat di Balikpapan hari ini," jelas Rauf.
Ingin Bisa Kembali Selesaikan Pendidikan
Rauf sendiri berkeinginan kelak apabila situasinya memungkinkan dapat kembali ke Sudan menyelesaikan pendidikannya.
"Mohon doanya kami bisa melanjutkan perkuliahan. Harapannya bisa balik ke Sudan karena perkuliahan sudah tahun terakhir, semester VII. Harapannya bisa lanjut kuliah," jelas Rauf.
"Kejadian di Sudan itu terkait penggulingan pemerintahan yang sah. Ada demo-demo (unjuk rasa). Puncaknya tahun ini. Korban sipil berjatuhan imbas ledakan altileri militer," demikian Rauf menggambarkan sedikit situasi konflik di Sudan.
(mdk/lia)