Muncul petisi stop peredaran buku '33 Tokoh Sastra'
Hingga berita ini diturunkan, petisi sudah ditandatangani 306 pendukung atau tinggal memerlukan 194 pendukung lagi.
Sempat reda sebentar, polemik terbitnya buku '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh' marak lagi. Adalah sebuah petisi yang membuat hiruk-pikuk di dunia kesusastraan Indonesia ini tak juga reda.
Kini sejumlah orang dikomandani Saut Situmorang, sastrawan asal Yogyakarta, membuat petisi online di change.org. Mereka mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk menunda atau menghentikan sementara waktu peredaran buku tersebut.
Mereka juga mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk mengadakan atau memfasilitasi pengkajian ulang isi buku tersebut, yang di dalamnya termasuk pengujian validitas metode pemilihan 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh.
"Yang dimaksud sebagai pengujian validitas metode pemilihan di sana adalah pengujian terhadap ketepatan prinsip-prinsip metode, peraturan atau kriteria, postulat atau dalil, bukti, pembuktian, dan argumentasi," kata Saut, yang dikenal sebagai pentolan kelompok sastrawan Boemi Poetra, seperti dikutip dari laman petisi, Rabu (15/1).
Selanjutnya, mereka yang menamakan diri 'pencinta sastra' itu juga mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk mengambil langkah tegas pada buku tersebut hingga ke bentuk pelarangan edar secara permanen, apabila hasil pengujian menunjukkan adanya kesalahan fatal metode pemilihan dan isi buku.
Adapun alasan petisi dilakukan adalah: (1) Buku tersebut berpotensi menyesatkan publik; (2) Buku tersebut dikhawatirkan mencederai integritas dan moral ahli sastra dan sastrawan, serta masyarakat Indonesia; (3) Buku tersebut dikhawatirkan dapat menjadi preseden buruk.
Petisi ini nantinya akan dikirimkan ke Tim 8, penyusun buku, yang diketuai oleh Jamal D Rahman dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Hingga berita ini diturunkan, petisi sudah ditandatangani 306 pendukung atau tinggal memerlukan 194 pendukung lagi.
Seperti diberitakan, salah satu pusaran polemik penerbitan buku tersebut adalah munculnya nama Denny JA dalam deretan 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Denny, yang lebih dikenal sebagai konsultan politik, disejajarkan dengan nama-nama sastrawan besar seperti Chairil Anwar , Pramoedya Ananta Toer dan WS Rendra .
"Maman S. Mahayana, salah seorang anggota Tim 8, menyatakan bahwa penaja buku ini adalah Denny J.A, dan Tim 8 memasukkan Denny J.A sebagai salah seorang tokoh sastra paling berpengaruh, meskipun ia tak memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan ini," demikian tertulis dalam petisi.