Padi subur di Kabupaten Maros, menanti panen di tengah kekeringan
Padi itu siap dipanen tiga bulan lagi, tetapi terancam gagal jika kekeringan meluas.
Kekeringan melanda sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan. Kabupaten Maros disebut sebagai salah satu daerah curah hujannya sangat sedikit sejak Juli lalu, sebagaimana pernyataan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan, Syamsibar.
Pantauan merdeka.com di sejumlah lahan sawah di Kabupaten Maros tepatnya di Kecamatan Bantimurung, salah satu dari 14 kecamatan di Kabupaten Maros, kurang lebih 37 kilometer dari Makassar, padi-padi petani tampak subur. Pucuk-pucuk tanaman padi begitu merunduk menandakan bulirnya berat berisi. Warnanya tidak seragam, ada yang hijau kekuning-kuningan, ada pula yang sudah nyaris kuning sepenuhnya. Artinya sebentar lagi tanaman padi itu siap dipanen sesuai umurnya masing-masing.
Memang, jauh di belakang lahan tanaman padi-padi yang subur ini sudah menunjukkan tanda-tanda gagal panen karena kekurangan asupan air. Itu dikarenakan sawah-sawah itu jauh dari jangkauan irigasi dan tergolong jenis sawah tadah hujan.
Sebenarnya, tanaman padi yang menguning ini khususnya yang berada di Dusun Sege-Segeri, Desa Minasa Baji, Kecamatan Bantimurung bisa saja ikutan dilanda ancaman gagal panen. Karena air dari irigasi sudah nyaris sampai ke dasar, sehingga tidak bisa lagi dipompa buat mengairi sawah.
Hanya saja para petani di dusun ini punya alternatif lain, yakni memompa air dari Sungai Bantimurung di sisi belakang areal persawahan. Sungai ini masih menyimpan banyak air, meski debitnya juga terlihat menurun selama musim kemarau. Tak pelak, panen yang ditunggu-tunggu ini adalah dari musim tanam kedua dari tiga kali selama setahun.
Wahid (50 tahun), salah seorang petani yang ditemui di Dusun Sege-segeri, Senin (10/8), mengakui ada pengeluaran tambahan membuatnya bertahan tetap menanam padi di musim kemarau. Dia terpaksa menyisihkan dana khusus buat menyewa pompa air dan BBM (Bahan Bakar Minyak). Air dipompa dari Sungai Bantimurung dengan bantuan pipa panjang buat menjangkau areal sawahnya seluas satu hektare.
"Kalau kondisi normal, ongkos yang dikeluarkan untuk operasional termasuk beli bibit, pestisida, pupuk hanya Rp 700 ribu untuk satu musim tanam. Tapi sekarang biaya operasional alami penambahan sehingga keseluruhan mencapai Rp 1 juta-an karena harus sewa mesin pompa air," ujar Wahid.
Saat awal tanam, kata Wahid, selama sepekan dia memompa air dengan cara menyewa dua pompa masing-masing seharga Rp 10 ribu tiap hari. Setelah dekat musim panen, penggunaan pompa dikurangi menjadi satu kali sepekan.
"Meski ada pengeluaran tambahan, tetap ada untungnya. Yang penting kita tetap berproduksi," kata Wahid, seraya menambahkan tiga bulan lagi padinya segera dipanen.
Sementara itu, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Bantimiurung, Kabupaten Maros yang ditemui di kantornya mengaku, belum ada laporan yang masuk mengenai sawah-sawah yang alami kekeringan. Meski demikian, sudah ada seratus lebih mesin pompa air disebar oleh pemerintah setempat ke kelompok tani, buat dimanfaatkan secara bergantian oleh petani.